Apakah tujuan terpenting dari hidup manusia? Tujuan tertinggi manusia ialah untuk memuliakan Allah [Rom 11:36; 1 Kor 10:31.] dan menikmati Dia sepenuhnya di dalam kekekalan.[Maz 73:24-28; Yoh 17:21-23.]. Disini kita dapat mengetahui bahwa fokus utama manusia adalah kepada hal-hal yang bersifat kekal bukan duniawi. Sebagai anak-anak Allah, kita menyadari bahwa bakat yang kita miliki itu berasal dari Tuhan, uang yang kita miliki juga berasal dari Tuhan, kesehatan yang boleh kita peroleh berasal dari Tuhan, serta segala karunia kelebihan yang boleh ada di dalam hidup kita adalah anugerah yang Tuhan percayakan kepada kita untuk mengerjakan kemuliaan bagi-Nya, yang telah menebus dan mengasihi kita. [1]
Bahkan Rasul Paulus dalam segala pekerjaannya selalu memusatkan untuk memuliakan Tuhan tak peduli apapun resikonya seperti dikatakannya dalam suratnya kepada jemaat di Filipi 1:20. Kita harus memahami bahwa inilah tujuan hidup manusia, bahkan hal ini juga terus dipegang oleh para reformator sehingga menjadi prinsip dalam reformasi bahkan menjadi salah satu dari 5 pilar Sola reformasi yakni Soli Deo Gloria (Segala kemuliaan hanya bagi Allah).
Kita dipanggil untuk memiliki sukacita dan pengharapan di dalam Tuhan itu sebagaimana yang dijelaskan di dalam Alkitab, bahkan Tuhan kita yakni Kristus sendiri menegaskan dalam khotbah-Nya di bukit mengenai upah kita yang akan kita terima memberikan sukacita yang kekal kepada kita meskipun kita sedang memiliki rintangan ataupun kesulitan [Mat 5:12]. Rasul Paulus pun mendapatkan sukacita yang besar didalam Tuhan meski di dalam misinya untuk menyebarkan injil mengancam nyawanya sendiri bahkan ia sampai dipenjarakan, bahkan sampai mati di tangan kaisar Nero yang kejam. Mengapa Paulus dapat tetap bersukacita meskipun banyak penderitaan yang menghalanginya? Jawabannya ialah karena Paulus selalu berfokus kepada Kristus itu sendiri, dari Kristuslah muncul segala yang diharapkannya. [Fil 1:18 ; Fil 1:20].
Sebab itu marilah kita berusaha hidup untuk memuliakan Tuhan dan bersukacita didalam-Nya, tak peduli apapun yang terjadi meskipun ini adalah hal yang sulit tetapi kita tetap ingat bahwa pengharapan kita ada pada dunia yang akan datang dan yang kekal, bukan pada dunia yang fana ini. Soli Deo Gloria!
Referensi :
Katekismus besar
Westminster nomor 1.
[1] Stephen Tong 1987, Mengapa Kita Memuliakan Allah:
Momentum, Hlm 2-3