Senin, 02 Agustus 2021

Renungan Kehidupan : Waktu dan Hikmat (Mazmur 90: 10 - 12)

Pernahkah, kita menghitung bagaimana hari-hari yang kita lalui saat ini? Pernahkah kita membayangkan bagaimana kita hidup di era saat ini untuk bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan? Mungkin hal tersebut adalah jarang terjadi dalam kehidupan orang saat ini. Tetapi bagaimanakah pesan dan motivasi dari Alkitab yang akan menjadi renungan kita pada hari spesial ini?

Alkitab
Alkitab
© Foto Oleh Free-Photos dari Pixabay / Alkitab
 

Permasalahan Orang Saat Ini

Sebagian besar kita merasa hidup ini tidak ada artinya. Misalnya kita terlalu overthinking untuk kehidupan yang saat ini kita hadapi. Kita terlalu khawatir terhadap hidup kita di hari-hari kita. Khawatir terhadap overthinking dengan apa yang kita lakukan di dalam kehidupan. Karena belum bisa menentukan bagaimana kehidupan mereka kedepan maupun mencari makna hidup yang terdalam dalam kehidupan manusia. Tetapi di sisi lain, waktu terus berputar dan usia semakin tidak muda lagi. Manusia telah banyak membuat waktu mereka untuk berpikir tapi tidak bersyukur.


Demikian juga terjadi dalam kehidupan orang saat ini. Banyak sekali orang menghabiskan waktu yang tidak berguna untuk melakukan hal-hal yang tidak berguna pula. Sebagian orang mungkin terlalu mengidolakan atau memberhalakan hal-hal yang tidak selayaknya terjadi. Misalnya dalam konteks kita saat ini, kadang orang terlalu memberhalakan hobi mereka. Misalnya terjadi di salah satu teman saya yang rela membuang banyak uang saat dia kuliah demi menemui idola mereka. Rela membeli berbagai perlengkapan dan mengikuti komunitas hingga bertemu dengan idol mereka saat manggung di panggung. Terapi kesehatan, makanan sehat, hingga uang kuliah dia potong demi bertemu. Hal ini memang terlihat sudah salah, karena tidak bijaksana untuk memberhalakan sesuatu yang seharusnya tidak baik untuk dia lakukan.


Apakah kita saat ini menjadi orang seperti itu? Khususnya di dalam hari yang spesial ini?

 

Mari kita membaca pernyataan Firman Tuhan yang terdapat dalam Mazmur 90: 10 - 12. Demikian Firman Tuhan :

 

10. Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; 

11. sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap. Siapakah yang mengenal kekuatan murka-Mu dan takut kepada gemas-Mu? 

12. Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.

 

Latar Belakang Mazmur 90

Hikmat dan nyanyian dan ajaran bijak yang ada di dalam doa Musa kali ini sungguh indah. Ketika Musa masih muda, ia mengalami kenikmatan di dalam negeri Mesir. Dimana saat muda, Musa benar-benar merasakan kenikmatan yang sungguh luar biasa. Diangkat jadi anak dari salah satu raja Mesir, hingga mendapatkan segala kemewahan yang ada. Namun kini Tuhan memanggil Musa untuk menjadi seorang pemimpin bangsa yang penuh dengan tegar tengkuk. Periode pertama 40 tahun Musa berada di Mesir sebagai seorang pangeran, politikus dan pemimpin militer yang kuat. Periode kedua 40 tahun di padang belantara sebagai pelarian dan penggembala yang hidup dalam persembunyiannya. Periode ketiga selama 40 tahun sebagai nabi dan pelayan Tuhan yang memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir dan dalam pengembaraan menuju Tanah Perjanjian.


Mazmur 90 adalah doa yang terdalam dalam kehidupan Musa. Doa yang sangat suci dan  kudus di hadapan Allah yang berasal dari lubuk hati terdalam Musa. Dimana musa pun di dalam doanya juga merenungkan bagaimana kehidupan-Nya saat menjadi salah satu nabi dan pelayan Tuhan. Demikian juga renungan Musa ini kepada  kehidupan kita saat ini.


Disinilah kita belajar, di hari yang spesial ini, kita diingatkan untuk merenungkan hari-hari kita. Bagaimana kehidupan sepanjang hidup kita. Bagaimana kira merenungkan keadaan kita hidup sejak kita bayi hingga kita berada di dalam alam kubur. Disinilah kita akan merenungkan lebih penting mengenai kehidupan kita.


Setidaknya disini hari spesial ini kita merenungkan 3 poin penting :

 

1. Hidup itu Singkat dan Penuh Penderitaan

Dan Sesungguhnya barangsiapa yang memperhatikan bagaimana keadaan hidup kita sejak kita masih bayi sampai kita turun ke alam kubur, akan menemukan kesulitan dan gejolak di setiap bagiannya. Penderitaan kita sendiri menyiratkan bahwa kehidupan manusia penuh dengan kerja keras, dan penuh dengan banyak siksaan, dan bahkan pada saat manusia berada di puncak kesombongan mereka.


Tetapi Musa mengartikan bahwa manusia dengan bodohnya bermegah dalam keunggulan mereka, karena, entah mereka mau atau tidak, mereka dipaksa untuk melihat ke waktu yang akan datang. Dan begitu mereka membuka mata, mereka melihat bahwa mereka diseret dan dibawa ke depan sampai mati dengan tergesa-gesa, dan bahwa keunggulan mereka setiap saat menghilang.


Demikian juga di dalam realitas kehidupan kita saat ini, kita terlalu sering menemukan kesakitan yang ada. Misalnya dalam kehidupan saya sering terdapat kekecewaan terhadap orang yang ada. Kecewa terhadap dosen, kecewa terhadap orang tua, kecewa terhadap orang yang dulu saya percayai. Bahkan di dalam pekerjaan sehari-hari. Kini mereka cukup membuat saya menderita dan sakit. Namun selalu diingatkan bahwa Tuhan adalah penolong bagi kehidupanku. Demikian juga masa depanku yang belum banyak kepastian, tetapi satu hal jawaban pasti dari Allah yakni bahwa Allah selalu menjadi perlindungan, pemelihara kita.


Mungkin kita pernah mengalami rasa sakit ini.  Tetapi marilah kita pandang Kristus yang telah menderita dan penuh kasih untuk menyelamatkan hidup kita. Itulah Kasih dari Allah yang mau mengorbankan dirinya untuk umatnya. Sehingga refleksi kita. Kita perlu sungguh-sungguh di dalam Kristus dan siap menerima resiko yang ada.

 

2. Mari kita gunakan waktu yang sangat bijak

Ketika kita merenungkan poin pertama, kita pun juga harus merenungkan apa yang disebut dengan waktu dan hari-hari. Kita bisa baca di ayat-ayat sebelumnya, yakni di Mazmur 90: 10. Dimana disitu tertulis, “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.” Disini adalah perenungan kita mengenai hari-hari yang akan kita hadapi.

Kehendak Allah
Ilustrasi Seseorang Berdoa kepada Tuhan
© Gambar oleh Pexels dari Pixabay / Berdoa

Seperti Musa yang masa hidupnya sepanjang 80 tahun di dalam penderitaan, Demikian kita, kita diharuskan untuk menghitung hari-hari kita seberapa kita mengalami hal yang ada. Kita merenungkan hari yang spesial ini ke dalam pengertian untuk melakukan segala sesuatu yang sangat bijaksana.


Bagaimana kita harus mempergunakan waktu sebaik-baik ini? Bagaimana kita mempergunakan waktu yang bijak di sisa-sisa hari ini?

  • Berpikirkan untuk melakukan hal-hal positif dan produktif di dalam kehidupan.
  • Berpikirlah dan merenungkan kehidupan ini ada di dalam tangan Tuhan.
  •  Renungkanlah bahwa Tuhan telah menyelamatkan hidup kita daripada Dosa.
  •  Ingatlah, kehidupan ini untuk kemuliaan Tuhan di dalam Kehidupan sepanjang hari.
  • Waktu ini singkat tetapi perlu kita berfokus kepada Allah dan memuliakan di dalam sisa-sisa hari kita.

 

Mari kita gunakan waktu dengan sebijaksana mungkin di dalam kehidupan sepanjang hidup kita. Khususnya di hari spesial ini.

 

3. Mari hidup kita penuh dengan Bijaksana

Satu-satunya cara untuk kita hidup dengan bijaksana. Hikmat ini tidak hanya sekedar sebagai pajangan atau sekedar sebagai pengetahuan belaka. Melainkan suatu anugerah Allah.


Kata bijaksana di ayat ini sendiri adalah berasal dari kata Ibrani, yakni Hokmah / Hikmat, berarti “pengetahuan sekaligus kemampuan penalaran untuk mengaplikasikannya.” Dan dapat diterapkan kepada manusia, kegiatan, kepentingan dari kegiatan tersebut, atau bahkan kondisi saat menggunakannya.[1]


Kata “Bijaksana” atau “Hikmat” digunakan untuk menunjukkan cakupan yang luar biasa luas atas berbagai kemampuan tertentu, sebagai contoh orang-orang (perempuan dan laki-laki) yang membuat pakaian imam, tabernakel, bahtera, dan berbagai perabotan lain atau seniman yang membangun Bait Suci Salomo (misalnya, 1 Taw 22:15; 28:21; 2 Taw. 2:6). Hal yang sama juga digunakan pada Mazmur 107:27 untuk menunjukkan keahlian orang-orang yang mengarungi lautan.[2]


Dibawah pengaruh Agustinus, “hikmat” menjadi sebuah prinsip teologis Kristen. Bagi Agustinus, hikmat bukanlah sebuah pencapaian manusia, melainkan sebuah anugerah, jalan untuk mengenal Yang Ilahi, yang pencapaian terbesar bukanlah keterlibatan dalam kehidupan sipil atau politis, melainkan permenungan indah mengenai hal-hal Ilahi.[3]


Jadi perlu kita sadari bahwa hikmat dan bijaksana ini harus ke dalam hati dan hikmat ini berasal daripada Allah (Amsal 1:7). Hikmat disini berasal dari anugerah Allah yang ada di dalam kehidupan manusia. Anugerah Allah sungguh indah yang harus di dalam kehidupan sehari-hari. Hikmat yang benar yang telah Allah berikan harus kita miliki. Dan hikmat yang Allah berikan ini perlu kita syukuri di dalam hati kita. Kita perlu sungguh-sungguh mempergunakan hikmat di hari spesial ini. Sebab Hikmat ini sendiri adalah anugerah Allah.


Bagaimana kebijaksanaan itu bisa terus tumbuh di dalam kehidupan kita? Khususnya di dalam hari yang spesial ini? Sebenarnya ada beberapa hal sederhana.

  • Kita sungguh-sungguh untuk merenungkan kebaikan Tuhan
  • Kita harus memfokuskan kebijaksanaan kita kepada Allah
  • Dan kita harus mengekspresikan kebijaksanaan kita di dalam bidang dan panggilan yang sedang kita tempuh saat ini dan jalani.
  • Hingga pada akhirnya kita perlu merenungkan hari-hari yang kita lalui sepanjang hidup kita.


Kesimpulan

Di dalam kesempatan yang berbahagia ini. Firman Tuhan di dalam Mazmur 90:12 dalam perenungan kita kali ini berbicara tiga hal yang sangat penting perlu kita jalankan dan renungkan. Hidup itu Singkat dan Penuh Penderitaan, Mari kita gunakan waktu yang sangat bijak dan Mari hidup kita penuh dengan Bijaksana. Tiga poin inilah yang perlu kita miliki dan kita jalani sepanjang kehidupan kita. Sehingga kita dapat menjadi seorang yang sangat bijaksana dalam mempergunakan waktu. Dan kita akhirnya dapat memuliakan Tuhan dalam kehidupan kita.

 

Apakah kita mau benar-benar dan sungguh-sungguh untuk mempergunakan sisa waktu hidup kita di dalam kehidupan kita saat ini? Apakah sungguh-sungguh kita mempergunakan sisa waktu kehidupan kita? Sungguh-sungguh menghayati kehidupan sepanjang hidup kita?

 

Sumber Referensi : 

Charles F. Melchert,  Ajaran Bijak Hikmat Alkitab untuk Pendidikan Bermasyarakat,  (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2020), 7, 8, 12

 

Website :

Biblehub. “Calvin Commentary Psalms 90”,  https://biblehub.com/commentaries/calvin/psalms/90.htm Diakses Juli 2021

Samuel T. Gunawan, 2019,  “Sebuah Renungan Tentang Kehidupan.” https://teologiareformed.blogspot.com/2019/07/sebuah-renungan-tentang-kehidupan.html. Diakses Juli 2021

 

----

[1] Charles F. Melchert,  Ajaran Bijak Hikmat Alkitab untuk Pendidikan Bermasyarakat,  (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2020), 8

[2] Ibid, 7

[3] Ibid, 12

Load comments