Sabtu, 10 Juli 2021

Apakah Wahyu Umum Menyelamatkan?

Ketidakcukupan Wahyu Umum

Dikarenakan keberdosaan manusia, manusia sebagaimana dia tidak bisa melihat Allah di dalam Wahyu Umum. Sehingga manusia tercemar dihadapan Allah. Tidak ada penwahyuan umum yang mencerminkan dan mencari Allah yang benar.  Bahkan alam-pun tidak menwahyukan “anugerah khusus” akan Allah. Bahkan dalam kesalehan-pun moral manusia tidak diperkenan Allah.[1]

Pantai
Allah Tritunggal Menciptakan Alam
© Foto oleh Pexels dari Pixabay / Pantai
Di dalam wahyu umum menyebabkan adanya “agama dan kepercayaan” bahkan diantara bangsa-bangsa kafir. Orang-orang tidak percaya menganggap dirinya keturunan Tuhan (Kis.. 17:28). Mereka menolak pengetahuan akan Allah Tritunggal yang mereka miliki. (Rom. 1:18). Bahkan Allah Tritunggal tidak pernah ditemukan dalam Wahyu Umum.[2]


Keniscayaan Wahyu Khusus

Wahyu khusus adalah wahyu yang diberikan Allah secara khusus melalui cara-cara yang supranatural (tidak alamiah). Elemen wahyu khusus adalah supranatural, yaitu kebenaran-kebenaran dan fakta-fakta yang dihubungkan mengenai keselamatan manusia dari dosa yakni Tritunggal, penciptaan, kemurtadan manusia, inkarnasi, dan penebusan.[3]


Mari renungkan Pengakuan Iman Westminster pada Bab 1 Artikel 1 yaitu :

Walaupun terang dari alam dan karya penciptaan dan providensi sejauh ini menyatakan kebaikan, hikmat, dan kuasa Allah, sehingga menjadikan manusia tidak dapat berdalih, tetapi semuanya ini belumlah cukup untuk memberikan pengetahuan akan Allah dan kehendak-Nya, yang niscaya untuk mendapatkan keselamatan. Karena itu, Tuhan berkenan, secara berulang kali dan dalam pelbagai cara, menyatakan diri-Nya. Dan kemudian, demi pemeliharaan dan penyebaran kebenaran tersebut secara lebih baik, dan demi peneguhan dan penghiburan yang makin pasti bagi Gereja-Nya dalam melawan kecemaran daging, dan melawan niat jahat Iblis dan dunia, Allah berkehendak memelihara pernyataan-Nya itu seluruhnya dalam bentuk tulisan. Hal ini menjadikan Alkitab paling niscaya. Cara-cara Allah menyatakan kehendak-Nya kepada umat-Nya sebelumnya kini telah berhenti.


Salah satu hal yang diajarkan adalah : bahwa Alkitab adalah niscaya (bersifat keharusan) untuk mendapatkan pengenalan akan Allah yang benar dan menyelamatkan karena penebusan yang disediakan oleh Allah hanya dinyatakan dalam Alkitab saja.[4]


Memang betul Alkitab adalah Wahyu Khusus Allah yang tertulis, dimana keniscayaan Alkitab sangat penting. Akan tetapi suatu akan pertanyaan pasti timbul. Bagaimana keselamatan orang-orang yang ada dalam Perjanjian Lama yang belum pernah mendengar berita Injil?


Cara-Cara Wahyu Khusus

  1. Melalui theofani (angelofani, kristofani) atau secara harafiah “penampakan Allah”. Bagaimana Allah mendekati manusia dan manusia membutuhkan kedekatan pada Allah.
  2. Melalui nubuat. Dalam hal ini Allah harus muncul kembali bagi manusia sebagai Interpretor ultimat bagi manusia. Sehingga manusia membutuhkan intepretor yang ultimat. Para nabi mengajar dan menubuatkan akan karya redemtif Allah, yaitu penggenapan Kristus Yesus.
  3. Melalui mujizat. Bagaimana Allah bekerja di tengah alam semesta bagi keselamatan manusia.[5]


Di dalam wahyu khusus ini, Allah turun dengan kuasa bagi keselamatan manusia. Dimana dalam ketiga cara-cara wahyu ini berkembang secara bertahap dan perlahan dalam masa Perjanjian Lama di dalam pengantisipasian penggenapan zaman Perjanjian Baru. Di dalam Kristus, semuanya digenapi. Yang masih tersisa hanyalah agar kepenuhan dari manfaat-manfaat yang disediakan karya Kristus dinyatakan di dalam taraf sepenuh dan juga di dalam prinsip sepenuhnya.[6]

Alkitab
Alkitab yang Niscaya
© StockSnap dari Pixabay / Alkitab

Anugerah dan Iman

Meskipun seluruh cara-cara Allah di dalam wahyu khusus telah dinyatakan kepada manusia. Manusia-pun tetap saja menolak pernyataan Allah ini, baik itu sebelum adanya Injil tertulis, maupun sesudah berita keselamatan dijalankan.  Maka ada satu hal terpenting menentukan itu semua, yaitu iman dan anugerah.


Iman adalah inti kehidupan umat Allah baik di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Iman adalah sarana yang dengannya kita diselamatkan (Rm. 10:9). Dimana Iman ini berasal kovenan anugerah Allah (Sola Fide), Karunia Allah, dan membawa kepada Kepastian Keselamatan di dalam Kristus. Di dalam iman adanya akan  pengetahuan, persetujuan, dan kepercayaan kepada-Nya.[7]


Referensi : 

Anthony. A. Hoekema,  Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya : Momentum, 2017), 176 - 178, 186 - 190, 196.

Cornelius van Til,  Pengantar Theologi Sistematik,  (Surabaya: Momentum, 2017), 219 - 222.

G. I. Williamson,   Pengakuan Iman Westminster,  (Surabaya : Momentum,  2017), 1, 235, 255

Muriwali Yanto Matalu,  Dogmatika Kristen,  (Malang: Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2017), 118

W. Gary Crampton,  Verbum Dei : Alkitab : Firman Allah,  (Surabaya : Momentum, 2000), 35 - 36


----

[1] Cornelius van Til,  Pengantar Theologi Sistematik,  (Surabaya: Momentum, 2017), 219 - 222.

[2] W. Gary Crampton,  Verbum Dei : Alkitab : Firman Allah,  (Surabaya : Momentum, 2000), 35 - 36

[3] Muriwali Yanto Matalu,  Dogmatika Kristen,  (Malang: Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2017), 118

[4] G. I. Williamson,   Pengakuan Iman Westminster,  (Surabaya : Momentum,  2017), 1

[5] Ibid,  235

[6] Ibid,  255

[7] Anthony. A. Hoekema,  Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya : Momentum, 2017), 176 - 178, 186 - 190, 196.

Load comments