Kamis, 29 Juli 2021

Providensi Allah Bersifat Details

Banyak orang yang ingin menjadi Kristen namun berkeberatan terhadap doktrin pengendalian mutlak Allah atas segala peristiwa di dunia ini. Mereka memang ingin mempercayai bahwa Allah memang mengendalikan dunia ini, namun hanya secara umum. Mereka ingin dapat mempercayai bahwa Allah memang mengendalikan dunia ini, namun hanya secara umum. Mereka ingin dapat mempercayai bahwa Allah memastikan bahwa gambaran umum dari dunia ini, namun hanya secara umum. Mereka menginginkan pengendalian Allah secara umum, namun mereka tidak ingin mengendalikan “hal-hal sampai mendetails.”[1]

Gudang
Gudang dan Langit
© Foto oleh StockSnap dari Pixabay / Gudang
 

Providensi Allah Bersifat Mendetails

Apakah pemeliharaan Tuhan bersifat detail? Jawabannya, ya! Hal ini terjadi karena Allah berdaulat. Tidak ada satu titik atau iota saja yang lepas dari kontrol Allah. Sehingga akan terjadi suatu pertanyaan secara otomatis muncul adalah bagaimana dengan kebebasan moral manusia? Jika Allah menentukan dan mengontrol segala sesuatu, bukanlah kebebasan makhluk bermoral tidak ada lagi? Dan semua bisa jadi robot? [2]


Disinilah kita akan membahas kuncinya yakni kehendak Allah bersifat Diskrit atau rahasia. Kehendak Dekrit bisa disebut dengan kehendak rahasia Allah (God’s secret will) atau kehendak rencana. Kehendak yang berkaitan dengan rencana kekal-Nya ini bersifat pasti terjadi, karena itu disebut sebagai kehendak dekrit.[3]


Di dalam pengetahuan dan kebijaksanaan-Nya yang sempurna, Allah telah merencanakan segala sesuatu di dalam kekekalan, dan seluruh rencana tersebut sudah ditetapkan sehingga memiliki kepastian mutlak. Kehendak dekrit ini mengalir dari pengetahuan dan kebijaksanaan-Nya yang sempurna dan kekal.[4]


Disebut “rahasia” bukan karena manusia sama sekali tidak mengetahuinya. Sebagian besar kehendak rahasia Allah telah direalisasikan, dan, sebagaimana adanya, diwahyukan. Tetapi manusia tidak bisa mengetahuinya terlebih dahulu. Dan bahkan ini bukan sepenuhnya benar, karena manusia, misalnya, bisa mengetahui secara umum bahwa Allah akan membawa tujuan-Nya kepada kemenangan. Tetapi manusia tidak bisa mengetahui secara persis dan secara mendetail apa yang akan Allah jadikan.[5] Apa yang sudah ditetapkan-Nya dalam dekrit tersebut pasti terjadi. Ada tiga cara Tuhan menjadikan dekrit-Nya aktual :

  1. Pertama-tama Tuhan bisa menjadi penyebab langsung terjadinya sesuatu hal seperti dalam hal penciptaan, aktualisasi dari predestinasi atas makhluk bermoral (malaikat dan manusia), dan dalam hal mujizat.
  2. Kedua, Tuhan bisa menjadikan ketetapan-Nya aktual melalui alam ciptaan, yakni apa yang kita boleh sebut sebagai agen alam (cara alamiah). Misalnya pohon pisang secara alamiah menyebabkan tumbuhnya anak pohon pisang yang baru, atau debu-debu pindah karena tiupan angin dan sebagainya.
  3. Ketiga, Tuhan menjadikan dekrit-Nya aktual dengan cara mengijinkan hal itu melalui agen moral, yakni manusia dan malaikat yang memiliki kehendak bebas. Terjadinya dosa adalah menurut cara yang ketika ini.[6]


Sumber : 

Cornelius van Til, Pengantar Theologi Sistematik, (Surabaya : Momentum, 2015), 447 - 448

G. I. Williamson, Katekismus Singkat Westminster 1, (Surabaya : Momentum, 2021), 67

Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang : Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2017), 230, 281 - 282



----

[1] G. I. Williamson, Katekismus Singkat Westminster 1, (Surabaya : Momentum, 2021), 67

[2] Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang : Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2017), 281

[3] Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang : Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2017), 230

[4] Ibid, 230

[5] Cornelius van Til, Pengantar Theologi Sistematik, (Surabaya : Momentum, 2015), 447 - 448

[6] Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang : Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2017), 281 - 282

Load comments