Sesudah Kristus bangkit dan naik ke sorga, Roh Kudus turun ke atas rasul-rasul pada hari Pentakosta sehingga terbentuklah gereja dan di kota Antiokhialah persekutuan orang percaya ini disebut sebagai Kristen. Pada masa itu, orang-orang Kristen masih ada yang beribadah di dalam Sinagoga. Namun dalam persekutuan itu, terdapat begitu banyak rupa-rupa angin pengajaran, sehingga timbul banyak kelompok teologis di dalam gereja itu sendiri.
- Adopsionisme, merupakan komunitas yang masih berada dalam lingkungan Yahudi. Komunitas ini tidak mempercayai bahwa Yesus adalah Anak Allah, karena Allah itu adalah Esa. Mereka menganggap Yesus sebagai inovator terhadap ajaran Yahudi, mereka juga menentang keras ajaran Paulus yang menekankan esensi Keilahian Kristus yang sama dengan Allah. Padahal, KeEsaan Allah merujuk kepada substansi, bukan kepada Pribadi (1 Timotius 2:5).
- Marcionisme, Kelompok yang dipelopori oleh seorang bapa gereja yang menyimpang, Marcion. Ia mengajarkan bahwa Yesus bukanlah hasil dari nubuatan Perjanjian Lama. Yesus merupakan jalan keselamatan, dan Taurat tidak sepenuhnya benar. Padahal, Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru adalah firman Tuhan yang berotoritas, berkesinambungan secara progresif dan benar secara mutlak (2 Timotius 3:16).
- Gnostisisme, kelompok yang menegaskan bahwa manusia harus mendapatkan keselamatan dengan cara memperoleh pengetahuan, pengetahuan akan Allah. Padahal, manusia diselamatkan bukan karena kepintaran atau banyaknya pengetahuan mereka namun oleh karena iman yang hidup di dalam Kristus (Efesus 2:8).
Daftar Isi
Pdt. Yusak B. Setyawan, MATS, Ph.D, “Pengantar untuk Studi Hermeneutik Perjanjian Baru” (Salatiga: Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana, 2015).