Selasa, 15 Maret 2022

Konversi Sejati : Hal yang Paling Penting

Setidaknya kita memahami bahwa konversi yang sejati adalah sesuatu yang sangat penting. Sebab dalam konversi ini sendiri sangat penting untuk kehidupan kita. Dimana dalam konversi sejadi, kepribadian kita, baik iman dan pertobatan , baik itu pikiran, perasaan, dan kehendak harus sungguh-sungguh berbalik kepada Allah. Sehingga dalam hal ini, kita pelajari mengapa pentingnya konversi sejati dalam kehidupan manusia.

Kehendak Allah
Ilustrasi Seseorang Berdoa kepada Tuhan
© Gambar oleh Pexels dari Pixabay / Berdoa
 

Konversi Tidak Sejati

Sangat penting dalam kehidupan kita bahwa konversi yang tidak total atau tidak sejati sangat tidak berarti dalam kehidupan kita. Beberapa contoh-contoh dari konversi yang tidak sejati :

  1. Banyak konversi yang terjadi dalam “acara kebangunan rohani” gagal dalam menghadapi ujian waktu. Fakta ini sangat dikenal dan terjadi, namun selalu diabaikan. Dalam kasus-kasus ini adalah bahwa perasaan, afeksi, atau emosi sangat terlibat dalam konversi ini. Dalam proses panggilan injil, kehendak ini dipergunakan dalam saat orang berdosa “maju ke depan”. Jika demikian, apa yang sangat kurang dalam ini? yang kurang adalah pengetahuan Alkitabiah. Dan tanpa pengetahuan yang alkitab tentang kebobrokan dirinya (di satu sisi), dan kayara penebusan Kristus (di sisi lain), tidak akan membawa orang kepada konversi sejati.[1] Dalam acara semacam ini, aspek pengetahuan pasti dilupakan.
  2. Salah satu yang paling bahaya adalah bahwa pengetahuan dan aktivitas dianggap mungkin sebagai konversi sejati. Orang yang secara teratur mungkin mendengarkan khotbah yang baik tentang doktrin-doktrin dn memiliki aktivitas kelompok tertentu, harus diingatkan bahwa tidak ada konversi sejati tanpa pertobatan dan pengakuan dalam hatinya. Dalam pengertian ini, maka pengetahuan yang mati. Dimana agama tanpa perasaan dan juga tanpa harapan.[2] Dimana disini penekanannya adalah pengetahuan dan kehendak, tanpa adanya perasaan di dalamnya.
  3. Kondisi umum yang terjadi, yakni dimana orang-orang berdosa mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang hukum dan Injil Allah, dan juga perasaan pertobatan dan pengakuan yang mendalam. Namun tidak pernah berpaling dari maut dalam dosa menuju kehidupan dalam Kristus. Disini bukanlah konversi karena tidak ada perbuatan dan kehendak.[3] Dimana konversi ini hanya menyebabkan kepedihan dan membawa kepada maut. Sebab mereka tidak mau berpaling dari dosa.


Konversi yang Sejati

Pengakuan Iman ini berbicara bahwa pertobatan dan iman sebagai “karunia-karunia” Yaitu merupakan karunia ilahi (Kis. 11:18; Ef. 2:8). Ketika Allah melahirbarukan jiwa itu, Dia menabur benih (atau permulaan) pertobatan dan iman. Maka tidak benar, jika kita menganggap pertobatan dan iman ini adalah tindakan yang sifatnya sebentar, melainkan ahrus seabgai kondisi yang permanen yang menyatakan jiwa itu. Karena pertobatan dan iman dikaruniakan Allah , Iman dan pertobatan itu tidak akan pernah gagal.[4]


Konversi sejati, sebagaimana yang kita definisikan seperti indikator dan pengertian sebelumnya, bahwa Konversi sejati hanya dapat terjadi satu kali saja di dalam kehidupan seseorang. Alkitab memberikan banyak contoh kasus : Naaman (2 Raj. 5:15), Manasye (2 Taw. 33:12 -13), Zakheus (Luk. 19:8-9), Tiga ribu orang di hari Pentakosta (Kis. 2:41), Saulus (Kis. 9:1-19), Kornelius (Kis. 10:44-48), Lidia (Kis. 16:14), kepala penjara di Filipi (Kis. 16:29-34).[5]


Setidaknya kita memahami indikator-indikator konversi sebagai berikut :

  1. Iluminasi pada pikiran di mana dosa dikenali dalam pengertian yang sesungguhnya, sebagai perilaku yang tidak diperkenan oleh Allah;
  2. Penyesalan yang sungguh atau dosa, bukan sekedar kesedihan karena akibat dosa yang pahit;
  3. Pengakuan akan kerendahan hati akan dosa, baik kepada Allah maupun kepada sesama yang dilukai karena dosa kita;
  4. Membenci dosa, yang mencakup keputusan yang tegas untuk meninggalkannya;
  5. Kembali kepada Allah yang adalah Bapa yang penuh rahmat di dalam Kristus, dalam iman bahwa Dia dapat dan mengampuni dosa kita;
  6. Sukacita yang penuh di dalam Allah melalui Kristus;
  7. Kasih yang murni kepada Allah dan sesama beserta kesukaannya di dalam melayani Tuhan.[6]


Kesimpulan

Konversi merupakan langkah atau aspek yang niscaya dalam proses keselamatan. Tetapi tidak semua umat Allah mengalami konversi dengan cara yang sama. Oleh sebab itu, keberagaman konversi mungkin terjadi, tetapi terpenting adalah tidak boleh kita tetapkan pola konversi yang sama kepada semua orang. Karena pola yang sama untuk semua orang adalah sangat berbahaya dan bertentangan dengan Alkitab. Yang paling penting adalah bukanlah terjadinya, ataupun waktu terjadinya, melainkan kesejatiannya. Jika seseorang berjalan ke arah yang salah, maka bukan hal yang paling utama apakah dia membuat belokan kembali atau berjalan mengitari satu atau dua blok, yang terpenting adalah apakah pada akhirnya dia berjalan ke arah yang benar.[7]


Sumber Referensi : 

Anthony A. Hoekema, Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya : Momentum, 2017), 148, 151, 157

G. I. Williamson, Pengakuan Iman Westminster, (Surabaya : Momentum, 2017), 150 - 151


------

[1] G. I. Williamson, Pengakuan Iman Westminster, (Surabaya : Momentum, 2017), 150

[2] Ibid,. 150

[3] Ibid, 150 - 151

[4] Ibid, 151

[5] Anthony A. Hoekema, Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya : Momentum, 2017), 151

[6] Ibid,148

[7] Ibid, 157

Load comments