Kamis, 03 Desember 2020

Dasar-dasar Hermeneutika

Arti dari Hermeneutika

  Kata hermeneutika berasal dari bahasa Yunani HERMENEU, yang artinya “menjelaskan’, ‘menafsirkan’, atau ‘menterjemahkan’. Jadi Hermeneutika adalah ilmu yang mengajarkan prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan metode-metode penafsiran Alkitab.


Mengapa kita memerlukan Hermeneutika?

  1. Karena adanya Historical Gap. Sejarah dan zaman yang berbeda, kejadian zaman dulu berbeda dengan kejadian zaman sekarang.
  2. Karena adanya Cultural Gap (Perbedaan kebudayaan). Kitab suci ditulis dalam konteks suatu suku dan bangsa pada masa itu, yang tentu berbeda dengan konteks adat dan tradisi zaman sekarang.
  3. Karena adanya Linguistic Gap (Perbedaan bahasa). Kitab suci ditulis dalam bahasa Ibrani, Yunani, dan Aram. Maka dalam proses penafsiran kita juga perlu meninjau per kalimat berdasarkan bahasa aslinya.

Hal yang penting dalam melakukan Hermeneutika

  Alkitab adalah Firman Allah karena seluruh bagiannya telah diwahyukan dan diinspirasikan oleh Allah, otoritas Alkitab sebagai wahyu khusus adalah suatu fakta objektif dan permanen yang terletak pada inspirasi Ilahi.

  Hal ini berarti bahwa walaupun kitab-kitab ini dihasilkan melalui agen manusia, Allah telah 1) Mengontrol sedemikian rupa kejadian dan peristiwanya, dan 2) mengesahkan sedemikian mutlak akibatnya, bahwa Alkitab adalah Firman Allah secara objektif, sebab di dalamnya nyata bahwa Allah yang mewahyukan dan menginspirasi setiap teksnya yang berotoritas.


Dasar-Dasar Hermeneutika

1. Perhatikan konteks

Salah satu segi lain yang penting dari metode grammaticol-historical pada penafsiran Alkitab adalah pengenalan yang tepat terhadap konteks di mana suatu perikop Alkitab ditemukan.  Memperhatikan konteks dekat dan konteks jauh adala hal penting sehingga tidak melepaskan penafsiran dari konteks yang ada.

2. Memperhatikan Gramatika-sintaksis (Grammatico- Syntactical).

Eksegese Kristen harus memperlajari suatu perikop dalam bahasa aslinya (PL = Ibrani, Aramiak, PB = Yunani). Serta mengenai arti kata dan struktur sintaksis kalimat dalam teks. Karena kita percaya bahwa Firman Allah sendiri diinspirasi secara verbal.

3. Memperhatikan Sejarah-Kebudayaan (Historico-Cultural)

Sangat penting kita memperhatikan latar belakang sejarah di mana suatu kitab tersebut ditulis. Karena itu kita harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang kepenulisan, penanggalan, dan tujuan sebagai kitab adalah relevan untuk hermeutika Alkitabiah yang tepat. Karena sesuai dengan gap-gap diatas. Sehingga kita perlu mempelajari sejarah-kebudayaan yang ada.

4. Beberapa pertimbangan Teologis

Ujilah Teologi kita agar selaras dengan kebenaran Firman Tuhan, sebab Firman Tuhan tidak mungkin berkontradiksi pada dirinya sendiri (1 Kor. 14:33).






Referensi :

Budi Asali, 2014, “Hermeneutics 1”,

    http://www.golgothaministry.org/hermeneutics/hermeneutics_01.htm Diakses pada 3   

    November 2020.

Muriwali Yanto Matalu,  2017,  Dogmatika Kristen, Malang: GKKR,  Hlm. 127

W. Gary Crampton,  2000,  Verbum Dei : Alkitab : Firman Allah,  Surabaya : Momentum,  Hlm. 107  

     -111

 

Load comments