Arti dari Hermeneutika
Kata hermeneutika berasal dari bahasa Yunani HERMENEU, yang artinya “menjelaskan’,
‘menafsirkan’, atau ‘menterjemahkan’. Jadi Hermeneutika adalah ilmu yang
mengajarkan prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan metode-metode penafsiran Alkitab.
Mengapa kita memerlukan Hermeneutika?
- Karena adanya Historical Gap. Sejarah dan zaman yang berbeda, kejadian zaman dulu berbeda dengan kejadian zaman sekarang.
- Karena adanya Cultural Gap (Perbedaan kebudayaan). Kitab suci ditulis dalam konteks suatu suku dan bangsa pada masa itu, yang tentu berbeda dengan konteks adat dan tradisi zaman sekarang.
- Karena adanya Linguistic Gap (Perbedaan bahasa). Kitab suci ditulis dalam bahasa Ibrani, Yunani, dan Aram. Maka dalam proses penafsiran kita juga perlu meninjau per kalimat berdasarkan bahasa aslinya.
Hal yang penting dalam melakukan Hermeneutika
Alkitab adalah Firman Allah karena seluruh bagiannya telah
diwahyukan dan diinspirasikan oleh Allah, otoritas Alkitab sebagai wahyu khusus
adalah suatu fakta objektif dan permanen yang terletak pada inspirasi Ilahi.
Hal ini berarti bahwa walaupun kitab-kitab ini dihasilkan melalui
agen manusia, Allah telah 1) Mengontrol sedemikian rupa kejadian dan peristiwanya,
dan 2) mengesahkan sedemikian mutlak akibatnya, bahwa Alkitab adalah Firman
Allah secara objektif, sebab di dalamnya nyata bahwa Allah yang mewahyukan dan
menginspirasi setiap teksnya yang berotoritas.
Dasar-Dasar Hermeneutika
1. Perhatikan konteks
Salah satu segi lain yang penting dari metode grammaticol-historical
pada penafsiran Alkitab adalah pengenalan yang tepat terhadap konteks di mana
suatu perikop Alkitab ditemukan.
Memperhatikan konteks dekat dan konteks jauh adala hal penting sehingga
tidak melepaskan penafsiran dari konteks yang ada.
2. Memperhatikan Gramatika-sintaksis (Grammatico- Syntactical).
Eksegese Kristen harus memperlajari suatu perikop dalam bahasa
aslinya (PL = Ibrani, Aramiak, PB = Yunani). Serta mengenai arti kata dan
struktur sintaksis kalimat dalam teks. Karena kita percaya bahwa Firman Allah
sendiri diinspirasi secara verbal.
3. Memperhatikan Sejarah-Kebudayaan (Historico-Cultural)
Sangat penting kita memperhatikan latar belakang sejarah di mana
suatu kitab tersebut ditulis. Karena itu kita harus mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang kepenulisan, penanggalan, dan tujuan sebagai
kitab adalah relevan untuk hermeutika Alkitabiah yang tepat. Karena sesuai
dengan gap-gap diatas. Sehingga kita perlu mempelajari sejarah-kebudayaan yang
ada.
4. Beberapa pertimbangan Teologis
Ujilah Teologi kita agar selaras dengan kebenaran Firman Tuhan,
sebab Firman Tuhan tidak mungkin berkontradiksi pada dirinya sendiri (1 Kor.
14:33).
Referensi :
Budi Asali, 2014, “Hermeneutics 1”,
http://www.golgothaministry.org/hermeneutics/hermeneutics_01.htm
Diakses pada 3
November 2020.
Muriwali Yanto Matalu,
2017, Dogmatika Kristen,
Malang: GKKR, Hlm. 127
W. Gary Crampton, 2000, Verbum Dei : Alkitab : Firman Allah, Surabaya : Momentum, Hlm. 107
-111