Sola Scriptura adalah salah satu doktrin penting dari tradisi protestan yang mengsumpremasikan Alkitab adalah Firman Allah. Alkitab adalah titik awal dari semua bidang studi (2 Timotius 3:16-17). Alkitab berotoritas mutlak. Hanya Alkitab merupakan standar untuk mengevaluasi, dan memahami segala sesuatu yang lain. Alkitab berdiri sebagai hakim dari segala sesuatu.[1]
Sola Scriptura yang berkaitan mengenai keselamatan dan posisi mutlak ini sangat penting untuk dipertahankan karena keniscayaan Alkitab. Seorang W. Robert Godfrey mengatakan dalam buku Sola Scriptura Editor Joel Beeke (Ligonier Ministries) :
“The Protestant position, and my position, is that all things necessary for salvation and concerning faith and life are taught in the Bible with enough clarity that the ordinary believer can find them there and understand.” – W. Robert Godfrey [2]
Dalam hal ini, Godfrey mengutip apa yang ada di dalam 2 Timotius 3 – 4, bahwa :
- Paulus mengingatkan Timotius bahwa Kitab Suci dapat membuatnya mengetahui bahwa keselamatan hanya ada di dalam Kristus (2 Tim. 3:15).
- Kitab Suci berguna untuk mengajar, menegur, mengoreksi, dan melatih kepada kebenaran (2 Tim. 3:16).
- Karena Alkitab memiliki sifat-sifat tersebut, Alkitab melengkapi hamba Allah untuk setiap pekerjaan baik (2 Tim. 17).
- Paulus mengingatkan Timotius bahwa dia harus memberitakan Firman Allah meskipun ditolak (2 Timotius 4: 1 - 4).[3]
Sehingga dapat di sederhanakan bahwa Sola Scriptura sangat penting di dalam tradisi protestan karena keniscayaan-Nya akan mengetahui keselamatan di dalam Kristus. Secara terperinci bahwa Sola Scriptura-pun juga berkaitan dengan empat sola yang lain, yakni : sola gratia, solo Christo, sola fide, dan soli deo gloria.
Namun ada beberapa orang yang anti terhadap tradisi protestan ini. Dalam hal ini, mereka mengungkapkan bahwa Alkitab itu sendiri harus di interpretasikan menurut tradisi suci yang berasal dari gereja Roma Katolik.[4] Secara sederhana, maksud dari konsili trente adalah bahwa Gereja Katolik Roma percaya kepada Alkitab, tetapi juga percaya kepada tradisi suci dan kuasa interpretatif final pada Paus yang berkenaan dengan Alkitab dan tradisi.[5]
Ditambah kritik yang terpenting bahwa sola fide dan pembenaran dalam doktrin keselamatan tradisi protestan adalah sesat. Dikarenakan hanya dibenarkan oleh iman saja, maka kehidupan immoral merupakan benih dari Antinomianisme. Sehingga dibenarkan “hanya oleh iman saja” harus dianatema.[6]
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kritik dari katolik roma kepada protestan mengenai Sola Scriptura adalah sebagai berikut :
- Interpretasi Alkitab harus kembali kepada Tradisi Suci Gereja Katolik Roma,
- Doktrin Pembenaran karena Iman harus ditolak karena merupakan benih dari Antinomianisme yang kehidupannya tidak bermoral, dan
- Keselamatan itu sendiri harus kembali kepada Gereja Katolik sebab tidak ada keselamatan di luar gereja, sebab Gereja Katolik Roma memiliki pemegang tertinggi penafsiran.
Dalam hal ini, Gereja Katolik Roma tidak menyatakan secara jelas bahwa Alkiab adalah Firman Allah. Melainkan bahwa Gereja Katolik Roma secara tersirat mengatakan bahwa Allah tidak dapat menjamin firman-Nya sendiri; hanya manusia atau sekelompok manusia (gereja) yang mampu.[7] Secara tak langsung mengkritisi otoritas Alkitab yang ada di atas segala Tradisi dengan klaim interpretasi terhadapnya.
Tetapi Alkitab punya otoritas ilahi di dalam dirinya sendiri. Alkitab tidak bisa dan tidak perlu bergantung kepada yang lain (baik itu tradisi apa saja dalam Alkitab), selain dari pada Allah sendiri.[8] Bahkan dalam otoritas ini, keniscayaan akan keselamatan di dalam Kristus dinyatakan melalui Alkitab saja.
Semua tradisi manusia, aliran mistik spiritual, pengalaman-pengalaman eskstensial, teologi apapun, bahkan semua konsili-konsili dan sinode-sinode gereja harus bersumber satu kebenaran yaitu Kitab Suci. Semua harus diuji oleh standar tertinggi ini (Yes. 8:20).[9]
Antinomianisme adalah kata yang berasal dari Yunani yaitu anti dan nomos. Anti berarti melawan, dan nomos berarti hukum. Maka, antinomianisme berarti anti terhadap hukum, terutama hukum Taurat.[10] Sehingga implikasi dari ajaran antinomianisme adalah setiap orang yang telah diselamatkan oleh Allah bebas dari hukum moral dan bertindak secara immoral. Gereja Katolik Roma mengkritisinya melalui menyamakan sola fide dengan antinomianisme.
Hal ini tidak masuk akal, sebab dalam artian Gereja Katolik Roma mencampuradukan antara pembenaran dengan pengudusan. Dalam pandangan Katolik Roma bahwa bisa hilang sebagian atau keseluruhannya karena dosa, bahkan seseorang bisa saja tidak menjadi benar di hadapan Allah.[11]
Dalam hal ini, kita perlu membedakan manakah pembenaran dan kekudusan. Dalam pembenaran, orang berdosa untuk sekali dan selamanya dinyatakan kudus, secara legal dibebaskan dari semua kesalahan akibat dosa, baik dosa asal maupun dosa yang ada sekarang ini, pada masa lalu maupun masa yang akan datang.[12]
Sedangkan pengudusan, orang berdosa secara bertahap dan progresif dibersihkan dari semua kecemaran dan tindakan berdosa, sehingga kekuatan dosa semakin melemah, dan kekudusan yang hakikat menjadi kuat sampai akhir hayat orang tersebut (meninggal), aktual menjadi benar, seperti pembenaran yang ia miliki secara legal dahulu yang telah ia miliki.[13]
Sehingga dalam artian bahwa di dalam pengudusan, orang-orang berjuang melawan dosa dan immoral menjadi manusia yang bermoral. Dalam mematikan dosa, kita perlu menjadi murid-Nya, yaitu menjadi satu dengan Kritus. Kita harus menyangkal diri kita sendiri, memikul salib, dan mengikuti Dia. Menyalibkan semua yang bertentangan dengan tujuan Allah setiap hari.[14]
Kekuatan Sola Scriptura mentranformasi Kehidupan
Seperti apa yang diungkapkan oleh Joel R. Beeke dan Ray B. Lanning bahwa Alkitab memiliki kemampuan untuk mentransformasi kehidupan kita :
As Protestants and evangelicals, we must complement the defense of the doctrine of biblical inerrancy with a positive demonstration of the transforming power of God’s Word. That power must be manifested in our lives, our homes, our churches, and our communities. We need to show without pretense that though other books may inform or even reform us, only one Book can and does transform us, conforming us to the image of Christ. Only as “living epistles of Christ” (2 Cor. 3:3) can we hope to win “the battle for the Bible” in our day. If half the strength spent in attacking or defending the Bible would be devoted to knowing and living the Scriptures, how many more would fall under the sway of their transforming power![15]
Referensi :
[1] W. Gary Crampton, 2000, Verbum Dei (Alkitab : Firman Allah), Surabaya : Momentum, Hlm. 50
[2] Joel R. Beeke (Editor), 2009, Sola Scriptura: The Protestant Position on the Bible, Lake Mary, Florida : Ligonier Ministries. Hlm. 22 (Epub)
[3] Ibid, Joel R. Beeke (Editor), 2009, Hlm. 23 (Epub)
[4] Konsili Trente pada Sesi Keempat mengungkapkan bahwa semua interprestasi Alkitab harus kembali kepada Tradisi Suci / Sacred Tradition, yakni Tradisi tertulis maupun tradisi lisan. | lihat : Terj. J. Waterworth, 1848, The Council of Trent The Fourth Session, London : Dolman, Hlm. 18. / https://history.hanover.edu/texts/trent/ct04.html
[5] Cornelius van Til, 2015, Pengantar Theologi Sistematik, Surabaya : Momentum, Hlm. 268
[6] Konsili Trente pada Sesi Ke enam mengungkapkan mengenai pembenaran. Maka dalam hal ini, dibenarkan hanya oleh iman harus dianatema. Dikarenakan tidak menghasilkan kehidupan yang bermoral. | lihat. J. Waterworth, 1848, The Council of Trent The Sixth Session, London: Dolman, Hlm. 30 – 53 / https://history.hanover.edu/texts/trent/ct06.html
[7] G. I. Williamson, 2017, Pengakuan Iman Westminster, Surabaya : Momentum, Hlm. 12
[8] Ibid, G. I. Williamson, Hlm. 11
[9] W. Gary Crampton, 2000, op. cit. Hlm. 51
[10] F. D. Wellem. 2006. Kamus Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm. 23.
[11] G. I. Williamson, 2017, op cit, Hlm. 165
[12] Ibid, G. I. Williamson, Hlm. 165 - 166
[13] Ibid, G. I. Williamson, Hlm. 166
[14] Sinclair B. Ferguson, 2007, Kehidupan Kristen, Sebuah Pengantar Doktrinal, Surabaya : Momentum. Hlm. 211
[15] Joel R. Beeke (Editor), 2009, Op cit, Hlm. 170 (Epub)