Senin, 07 Juni 2021

Bagaimana Membangun Sebuah Pernikahan?

    Beberapa orang menyatakan bahwa pernikahan adalah salah satu hal yang sangat susah. Sebagian besar orang-orang menganggap pernikahan adalah hal yang sangat menyakitkan. Sebagian besar orang saat ini bercerai karena ketidakcocokan di dalam rumah tangga. Tetapi bagaimana mengatasinya agar tidak terjadi perceraian?

Pernikahan
Ilustrasi Pasangan yang Menikah
© Foto oleh StockSnap dari Pixabay / Pernikahan


Mengapa Allah Membentuk Pernikahan

    Mengapa Allah Tritunggal menciptakan lembaga pernikahan? Lembaga pernikahan diciptakan Tuhan untuk menyatukan seorang laki-laki dan seorang perempuan yang seiman dan sepadan (Kej. 2:18-25 dan 2 Kor. 6:11-18) melalui ikatan perjanjian untuk hidup bersama di dalam Tuhan.

    Tujuan keluarga diciptakan adalah Allah menghendaki agar setiap keluarga disatukan dalam iman dan kekudusan untuk senantiasa hidup dalam pertumbuhan iman dan kekudusan. Sehingga keluarga dapat mencapai perubahan ke arah Yesus Kristus (tatanan penebusan - order of redemption).


Bagaimana Membangun Sebuah Pernikahan?

    Setidaknya ada beberapa karakter yang harus dipenuhi untuk membangun pernikahan yang ideal, antara lain :

    Pertama, Ia renda hati. Kerendahan hati sendiri bukanlah memikirkan kekurangan diri sendiri, melainkan memikirkan kerendahan diri sendiri. Ini adalah seperti Yesus Kristus yang Rendah hati. Kerendahan hati lebih bernilai daripada penampilan maupun uang. Sebab kerendahan hati adalah fondasi dari kesalehan karakter.

    Kedua, Ia mampu mengampuni. Jika benar-benar membaca Alkitab, maka setiap manusia berbuat salah di sepanjang usia (Yak. 3:2) bahkan pernikahan sekalipun. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana ia mampu mengampuni diri sendiri dan akhirnya menerima Allah di dalam Injil dan akhirnya menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari.

    Ketiga, mampu menangani konflik dengan cara yang tepat. Ketika anda sudah dapat mengampuni, maka anda dan pasangan anda dapat mengatasi konflik dengan cara yang sehat, tepat dan bertumbuh di dalam konflik itu.

    Keempat, Ia dapat berkomunikasi. Keintiman dibangun melalui saling berbagi, saling  mendengarkan, saling memahami, dan saling berbicara tentang masalah-masalah yang penting.

    Kelima, Ia berdoa. Seseorang harus menjadikan Allah sebagai mitranya dan pondasi di dalam pernikahan. Meskipun pernikahan sangatlah sulit, maka agar pernikahan yang ideal terjadi, ia harus dibangun di dalam doa, rajin berdoa, dan bertumbuh di dalam doa.

    Keenam, Ia dapat menjalin hubungan pertemanan dengan siapa saja dan memiliki kualitas pertemanan yang baik. Seorang pasangan yang sehat alangkah baiknya membangun persahabatan dan memiliki teman. Jika seseorang tidak memiliki banyak atau bahkan tidak memiliki hubungan yang dekat apa pun, itu pertanda bahwa orang itu mungkin tidak memiliki keterampilan maupun tidak menjalin persahabatan dengan baik.





Mari Kita Renungkan

  • Siapakah yang menjadi fondasi pernikahan Saudara?
  • Apakah pasangan anda  ini adalah seorang yang rendah hati? (1-10)
  • Apakah pasangan anda ini dapat mengampuni sesamanya dan pasangan anda? (1-10)
  • Apakah pasangan anda ini dapat mengatasi konflik dengan sehat? (1-10)
  • Apakah pasangan anda ini dapat berkomunikasi dengan baik? (1-10)
  • Apakah pasangan anda ini seorang yang selalu berdoa? (1-10)
  • Apakah pasangan anda memiliki banyak teman? (1-10)
  • Apakah anda dapat menjadi pasangan yang ideal bagi pasangan anda?








Referensi :

Tumpal Hutahaean, Keluarga yang Berbuah bagi Kristus di Tengah Tantangan Zaman Pascamilenial, (Surabaya : Momentum, 2019), 3

Gary Thomas, Sacred Search, (Surabaya: Literatur Perkantas Jawa Timur, 2019), 132-142

Load comments