Tidak ada yang baik selain Dia (Mrk. 10:18). Kebaikan bukanlah sekedar atribut yang harus dilekatkan pada Allah sebagai subjek, tetapi Allah adalah kebaikan. Di dalam Allah, ide-ide dan keberadan adalah satu. Dengan alasan inilah Allah harus terpusat pada diri-Nya sendiri di dalam semua perbuatan moral-Nya. Ketika Allah mengungkapkan kebaikan-Nya kepada ciptaan-ciptaan-Nya, Dia melakukannya demi diri-Nya sendiri.[1]
![]() |
Ilustrasi Keindahan Kebaikan Allah melalui Bunga Tulip © Foto Oleh PublicDomainPictures dari Pixabay / Tulip |
Ide tentang kebaikan Allah inilah yang membentuk fondasi bagi etika Kristen yang sebenarnya. Allah harus menjadi summum bonum (kebaikan tertinggi) manusia. Tujuan utama manusia adalah memuliakan Allah dan menikmati Dia selama-lamanya.[2]
1. Kebaikan Allah terhadap ciptaan-Nya secara umum
Kebaikan Allah secara umum terhadap ciptaan-Nya dinyatakan dalam Mazmur 36:6; 104:21; 145:9, 15, 16 ; Matius 5:45; 6:26; Lukas 6:35; Kisah Para Rasul 14:17. Karena Allah adalah baik, maka kebaikan Allah itu dinyatakan kepada seluruh ciptaan-Nya.[3]
2. Kasih Allah (The Love of God)
Alkitab berkata bahwa Allah adalah kasih (1 Yoh. 4:8). Kasih Allah tidak bergantung kepada oknum dari luar diri-Nya. Berkhof berkata bahwa Allah mutlak baik di dalam diri-Nya sendiri, kasihnya tidak dapat menemukan kepuasan yang sempurna dari obyek yang tidak sempurna. Allah mengasihi semua makhluk rasional secara umum, tetapi bagi orang-orang pilihan, Allah mengasihi mereka secara khusus Kasih yang rela untuk inkarnasi, taat, dan rela mati di atas kayu salib (Yoh. 3:16; Mrk. 10:45; Rm. 5:8). Terhadap orang percaya, Allah mengasihi mereka dengan segala kepenuhannya, (1 Yoh. 3:1).[4]
3. Anugerah / Kasih Karunia Allah (The Grace of God)
Kata “anugerah” adalah terjemahan dari kata bahasa Ibrani channan dan dari bahasa Yunani charis. (Kej. 33:8,10,18; 39:4, 47:25; Rut 2:2; 1 Sam 1:18; 16:22) Secara umum dapat dikatakan bahwa anugerah adalah pencurahan dari kemurahan atas seseorang yang tidak mempunyai klaim atasnya. Kasih Allah pada manusia selalu tanpa pamrih, dan ketika ditunjukkan kepada orang berdosa, seringkali masih diabaikan. Alkitab memakai istilah anugerah ini untuk menunjukkan kebaikan yang tanpa pamrih atau kasih Allah kepada mereka yang sering mengabaikannya, yang dalam naturnya layak untuk dihukum. Anugerah Allah adalah sumber dari semua berkat rohani yang dicurahkan kepada semua orang berdosa.[5]
4. Belas Kasihan / Kemurahan Allah (The Mercy of God)
Istilah yang umum dalam bahasa Ibrani untuk belas kasihan adalah chessed, istilah lain adalah racham. Dalam bahasa Yunani adalah eleos. Belas Kasih Allah dapat didefinisikan sebagai kebaikan atau kasih Allah yang ditunjukkan kepada merek yang ada dalam beban berat, tidak memperhatikan kemana mereka pergi. Dalam kemurahanNya Allah menyatakan diri-Nya Sebagai Allah berbelas kasihan, dan merasa kasihan pada mereka yang ada dalam kesusahan dan Allah senantiasa siap untuk melepaskan mereka dari kesusahan . Ayat-ayatnya : Ul. 5:10; Mzm. 57:10; 85:5; 1 Taw 16:34; 2 Taw 7:6; Mzm. 136; Ezr 3:11; 1 Tim 1:2; 2 Tim 1:1; Tit 1:4; dsb.
5. Kesabaran Allah (The Long Suffering of God)
Istilah Ibrani adalah ‘erek’aph, dan istilah Yunani adalah makrothumia. Ayat-ayat Alkitab adalah Kel. 34:6; Mazmur 86:15; Rom. 2:4; 9:22; 1 Petrus 3:20; 2 Petrus 3:15. [6] Kesabaran Allah adalah aspek dari kebaikan atau kasih Allah di mana Ia menanggun dengan sabar walaupun manusia tetap tidak taat. Kesabaran Allah ini menyatakan dirinya dalam hal penundaan dari penghakiman yang seharusnya.[7]
Referensi :
Cornelius van Til, Pengantar Theologi Sistematik, (Surabaya : Momentum, 2015), 432 - 433
Louis Berkhof, Teologi Sistematika 1 : Doktrin Allah, (Surabaya : Momentum, 2021), 120 - 121
Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang :Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2017), 221 - 222, 226
---
[1] Cornelius van Til, Pengantar Theologi Sistematik, (Surabaya : Momentum, 2015), 432 - 433
[2] Ibid, 433
[3] Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang :Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2017), 221 - 222
[4] Ibid, 222
[5] Louis Berkhof, Teologi Sistematika 1 : Doktrin Allah, (Surabaya : Momentum, 2021), 121
[6] Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang :Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2017), 226
[7] Louis Berkhof, Teologi Sistematika 1 : Doktrin Allah, (Surabaya : Momentum, 2021), 120