Mengenai ketidakterpahaman (incomprehensibility) dan keterpahaman (knowability) Allah, pada umumnya teolog reformed membicarakan bahwa Allah tidak dapat dipahami namun sekaligus bisa dipahami. Dia adalah Allah yang tersembunyi (Deus Absconditus) dan sekaligus adalah Allah yang Menyatakan Diri (Deus Revelatus). [1]
![]() |
Alkitab © Foto oleh Free-Photos dari Pixabay / Alkitab |
Iman Kristen membicarakan ketidakterpahaman Allah dalam pengertian bahwa Dia adalah Allah yang transenden yang melampaui segala sesuatu. Tidak mungkin bagi manusia yang diciptakan, terbatas, dan sudah jatuh ke dalam dosa untuk memahami Allah.[2]
Tetapi Iman Kristen juga membicarakan keterpahaman Allah dalam pengertian bahwa Allah sudah menwahyukan diri-Nya, sehingga kita dimungkinkan untuk mengenal dan memahami-Nya, yakni melalui Wahyu umum (wahyu dalam ciptaan), dan kedua melalui wahyu khusus (Inkarnasi Kristus dan Alkitab). Tetapi, pengenalan akan Allah melalui wahyu-Nya adalah pengenalan hanya sebatas wahyu atau penyingkapan diri-Nya. Selebihnya, yakni apa yang tidak diwahyukan-Nya adalah tersembunyi bagi kita. (Band. Ul. 29:29).[3]
Allah yang menyembunyikan Diri dan Allah yang menyatakan Diri dapat dimengerti dari sifat-sifatNya yang transenden (melampaui segala ciptaan), dan sifat-Nya yang imanen (hadir di dalam ciptaan). Sebagai Allah yang transenden. Dia tidak bisa dikenal, tetapi sebagai Allah yang imanen Dia dapat dikenal sejauh Dia menwahyukan diri-Nya.[4]
Daftar Pustaka
Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang : GKKR, 2017), 70
-----
[1] Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang : GKKR, 2017), 70
[2] Ibid
[3] Ibid
[4] Ibid