Ketika kita berbicara Teologi Reformed sebenarnya kita akan menemukan sebagian besar keunikan yang dibangun diatas Teologi Reformed ini. Baik di dalam hermeneutika, sistematika, bahkan praktika dan lain sebagainya. Namun secara esensi akan dibatasi hal-hal yang menjadi keunikan dasar Teologi Reformed.
![]() |
Alkitab dasar dari Teologi kita. © Foto oleh StockSnap dari Pixabay / Alkitab |
Kedaulatan dan Kemuliaan Allah
Kedaulatan dan kemuliaan Allah adalah dua kata yang menjadi penting di dalam Pandangan Reformed. Kedaulatan Allah adalah bahwa Allah bebas (yakni tidak dibatasi oleh apa pun selain oleh kehendak bebas-Nya sendiri), untuk berkehendak merancang dan bertindak sesuai dengan yang diingini-Nya. Hal ini disebut dengan kehendak Allah yang berdaulat.[1]
Segala sesuatu ditetapkan oleh Allah. Dosa dan kejahatan dari makhluk bermoral-Nya pun ada di dalam ketetapan Allah yang bersifat mengijinkan, walaupun sesuai dengan natur-Nya yang suci Allah tidak menghendaki hal ini terjadi. Tetapi oleh kebijaksanaan-Nya yang kekal Allah memilih untuk mengijinkan hal yang tidak dikehendaki-Nya, demi tujuan yang mulia bagi diri-Nya. [2]
Kedaulatan Allah sendiri bersangkut-paut dengan kontrol-Nya atas segala sesuatu. Tidak ada satu pun hal yang lepas dari kontrol Dia. Tujuan dari kontrol Allah ini tidak lain dan tidak bukan adalah demi kemuliaan diri-Nya sendiri. Oleh sebab itu eksistensi segala materi dan roh haruslah untuk kemuliaan Allah.[3]
Demikian yang dikatakan dalam katekismus Westminster : QnA 1 Apa tujuan utama manusia?, Jawab : Tujuan utama manusia adalah untuk kemuliaan Allah dan menikmati Dia selamanya. Eksistensi manusia memiliki suatu tujuan, manusia tidak bisa ditemukan di dalam diri-Nya sendiri. Ini karena Allah menciptakan Manusia. Dan Allahlah tujuan utama manusia.[4]
Memuliakan Allah hendaklah lebih diartikan sebagai “mencerminkan kemuliaan Allah” seperti di dalam Mazmur 19:2 “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya”. Disini maksud dari memuliakan Allah dan orang-orang Kristen yang diselamatkan oleh Allah, selalu di dalam diri mereka memiliki keinginan untuk memuliakan Allah serta menikmati-Nya untuk selamanya. Ini tujuan utama kehidupan manusia. Yakni seseorang berusaha untuk dapat memuliakan Allah, maka ia akan selalu berusaha di segala waktu dan aktivitas untuk melakukan hal-hal yang berkenan kepada Allah.[5]
Wahyu Umum dan Wahyu Khusus
Wahyu Umum adalah wahyu yang Tuhan dalam alam ciptaan dan manusia. Wahyu umum bisa meliputi kesadaran akan Allah (Sense of Deity / semen religionis; benih agama), rasio manusia (Rm. 1:10-20), hati nurani (Rm. 2:14-15), dan alam ciptaan di luar diri manusia (Maz. 19:2-5; Rm. 1:20). Sedangkan wahyu khusus adalah inkarnasi Yesus Kristus dan Alkitab.[6]
Wahyu umum adalah pernyataan Allah yang bersifat umum di dalam ciptaannya.[7] Disebut sebagai wahyu umum disebut demikian karena penerimanya adalah semua orang dan pokok permasalahannya dalam teologi secara luas.[8] Sedangkan Wahyu khusus adalah wahyu yang diberikan Allah secara khusus melalui cara-cara yang supranatural (tidak alamiah). Elemen wahyu khusus adalah supranatural, yaitu kebenaran-kebenaran dan fakta-fakta yang dihubungkan mengenai keselamatan manusia dari dosa yakni Tritunggal, penciptaan, kemurtadan manusia, inkarnasi, dan penebusan.[9]
Karena Teologi Reformed percaya bahwa segala kebenaran adalah kebenaran Allah (All truth is God’s truth), maka teologi Reformed menerima bahwa kebenaran-kebenaran Tuhan dalam wilayah alam semesta secara umum adalah kebenaran Tuhan. Kebenaran yang ditemukan dalam bidang fisika, matematika, ekonomi, filsafat, dan sebagainya sejauh hal-hal itu adalah kebenaran sejati merupakan kebenaran Tuhan. Itu sebabnya orang-orang reformed memiliki semangat yang tidak anti pengetahuan dan ilmu ada di dalam dunia ini, selama itu pengungkapkan wahyu umum Tuhan di dalam alam, dan harus dikembalikan kepada kemuliaan Allah.[10]
Akan tetapi prinsip yang penting harus dipegang adalah wahyu umum itu harus tunduk di bawah Alkitab. Fakta penting bahwa Alkitab merupakan titik awal dari semua bidang studi, sebagaimana 2 Tim.3:16,17, mengajar kepada kita bahwa Alkitab berotoritas mutlak. Hanya Alkitab merupakan standar untuk mengevaluasi dan memahami segala sesuatu yang lain. Alkitab berdiri sebagai hakim dari segala sesuatuu dan tidak pernah dihakimi oleh sumber lain apapun.[11] Sehingga ilmu pengetahuan dan wahyu umum harus tunduk dibawah Alkitab.
![]() |
Ilustrasi Alkitab ©Foto Oleh Free-Photos dari Pixabay / Alkitab |
Anugerah Umum dan Anugerah Khusus
Anugerah umum adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada semua manusia, baik orang percaya maupun orang tidak percaya. Konsep ini sendiri didapatkan dari Calvin. Kuyper berpendapat bahwa Anugerah umum diterima oleh orang tidak percaya jauh lebih berlimpah daripada orang-orang percaya.[12]
Anugerah umum itu misalnya, matahari, hujan, kesehatan, kecerdasan, bakat, kekayaan, dan keindahan alam, seni, makanan, kebenaran-kebenaran umum dalam filsafat, ilmu pengetahuan dan sebagainya.[13]
Anugerah khusus adalah anugerah yang hanya dimiliki oleh orang Kristen, adalah anugerah keselamatan atau anugerah penebusan di dalam Yesus Kristus terhadap orang berdosa. Anugerah ini hanya dimiliki oleh orang Kristen. Yakni orang-orang pilihan Allah sejak kekekalan.[14]
Keuntungan orang percaya ketika mereka mengerti doktrin anugerah umum dengan benar adalah bahwa mereka bisa dengan bebas menikmati hal-hal yang baik dan indah dalam dunia ini. Kita bisa menikmati keindahan alam, pidato, puisi, novel, musik, film, makanan, dan sebagainya, selama semua tidak melawan kebenaran dan tidak mengandung dosa.[15]
Walaupun demikian, kita harus berhati-hati agar hidup kita tidak diikat oleh anugerah umum sehingga menjadikan kita buta akan Pemberi Anugerah, dan juga membuat kita lupa untuk memikirkan dan mengutamakan perkara-perkara kekal dalam anugerah khusus. Kita haruslah tetap memegang prinsip bahwa melihat seseorang bertobat dan menerima kristus jauh lebih indah dan mulia daripada kebaikan dan keindahan anugerah umum.[16]
Mandat Budaya
Sebuah keunikan lain dari teologi Reformed adalah pengajarannya tentang mandat budaya. Mandat budaya adalah melaksanakan perintah Allah di dalam Kej. 1:28 (lihat. Kej. 2:15), di mana manusia diperintahkan oleh Tuhan untuk memenuhi, menaklukkan dan berkuasa atas seluruh bumi dan isinya, serta memeliharanya.[17]
Dimana mandat budaya bukan saja bagaimana membawakan prinsip-prinsip Firman untuk menerangi dunia. Tetapi juga harus memahami filsafat dan semangat zaman sehingga kita bisa berperang tidak hanya “esensi” atau worldview dan juga “fenomena” atau kehidupan. Sehingga prinsip vs prinsip. Worldview dan kehidupan vs worldview dan kehidupan.[18]
Jika kita mengerti pengertian benar tentang mandat budaya, maka dikotomi (pemisahan) antara yang bersifat rohani dan sekuler harus ditinggalkan. Faktanya bahwa seluruh dunia ini adalah milik Tuhan bukan milik setan. Jika dunia ini milik Tuhan, maka segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini harus dipersembahkan untuk kemuliaan-Nya.[19]
Beberapa prinsip-prinsip Mandat Budaya :
Mandat Budaya adalah perintah untuk menaklukan, menguasai, mengusahakan, dan memelihara dunia ini. [20]
Karena perintah ini adalah perintah untuk menaklukkan, menguasai, mengusahakan, dan memelihara dunia, maka Tuhan memberikan perintah ini bersama-sama untuk beranak cucu dan bertambah banyak. Artinya melalui pelipatgandaan manusia sebagai gambar dan rupa Allah maka seluruh dunia ini ditaklukkan, dikuasai, dan dipelihara oleh Allah melalui wakil-wakil-Nya, yakni manusia. Manusia sebagai wakil Allah.[21]
Perintah ini tidak dibatalkan dengan kejatuhan manusia ke dalam dosa, tetpai setelah kejatuhan bentuk pelaksanaannya menjadi berbeda. Setelah kejatuhan perintah ini tidak bisa dijalankan tanpa kesadaran bahwa manusia sudah dicemari oleh dosa. Tetapi juga bagaimana orang-orang percaya ditempatkan, prinsip-prinsip firman tuhan harus dinyatakan. [22]
Jika dunia ini adalah milik Tuhan, maka segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini harus dipersembahkan untuk kemuliaan-Nya. Manusia diciptakan untuk Tuhan. Maka kebudayaan manusia juga haruslah ditata menurut kehendak Tuhan dan dengan cara yang menyenangkan hati-Nya.[23]
Daftar Pustaka :
G. I. Williamson, Katekismus Singkat Westminster 1, (Surabaya : Momentum, 2020), 1, 3 - 6
G. J. Baan, TULIP, (Surabaya; Momentum, 2009), 39
Muriwali Yanto Matalu, Abraham Kuyper : Kristus Raja Segala Bidang, (Malang: GKKR, 2018), 27, 39 - 40
Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang ; GKKR, 2017), 100 - 103, 107, 118, 869 - 871
W. Gary Crampton, Verbum Dei : Alkitab, (Surabaya: Momentum, 2000), 32, 50
---
[1] G. J. Baan, TULIP, (Surabaya; Momentum, 2009), 39
[2] Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang : GKKR, 2017), 100
[3] Ibid, 100
[4] G. I. Williamson, Katekismus Singkat Westminster 1, (Surabaya : Momentum, 2020), 1
[5] Ibid, 1, 3-6
[6] Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang : GKKR, 2017), 100 - 101
[7] Ibid, 107
[8] W. Gary Crampton, Verbum Dei : Alkitab, (Surabaya : Momentum, 2000), 32
[9] Muriwali Yanto Matalu. Dogmatika Kristen, (Malang : GKKR, 2017), 118
[10] Ibid, 101
[11] W. Gary Crampton, op cit, 50
[12] Muriwali Yanto Matalu, Abraham Kuyper : Kristus Raja Segala Bidang, (Malang : GKKR, 2018), 27
[13] Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang : GKKR, 2017), 101
[14] Ibid, 101
[15] Ibid, 102
[16] Ibid, 103
[17] Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang : GKKR, 2017), 103
[18] Muriwali Yanto Matalu, Abraham Kuyper : Kristus Raja Segala Bidang, (Malang : GKKR, 2018), 39
[19] Ibid, 40
[20] Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang : GKKR, 2017), 869
[21] Ibid, 869
[22] Ibid. 870
[23] Ibid, 871