Kehendak Manusia
Unconditional Election bertentangan dengan pemahaman dan kemauan Manusia. Manusia ingin mandiri dan menentukan segalanya terlebih dahulu bahkan manusia berusaha melawan Allah dengan segala keberatannya. Dia ingin mengontrol dirinya sendiri dan menghindari ketidakpastian. Dibuktikan dengan Adam ingin menerima merampas kemuliaan Allah di taman Eden.[1]
![]() |
Ilustrasi Seseorang Berdoa kepada Tuhan © Gambar oleh Pexels dari Pixabay / Berdoa |
Kaum Arminians Tidak Setuju
Orang Armenia juga tidak setuju dengan doktrin kehendak Tuhan ini. Secara khusus, mereka tidak bisa percaya pada pemilihan Tuhan yang murah hati dan penolakan yang benar. Mereka mengklaim bahwa orang sendiri dapat memilih antara yang baik dan yang jahat. Allah bergantung pada kemampuannya untuk menentukan kemampuan manusia ini.[2]
Conditional Election (Arminians) menyatakan bahwa keselamatan manusia didasarkan pada perkiraan-Nya bahwa manusia harus menanggapi panggilan-Nya. Allah hanya memilih mereka dengan syarat apa yang dilakukan oleh manusia.[3]
Semua Berasal dari Kehendak Allah
Teori keputusan kehendak Tuhan dan teori predestinasi tentang keadaan kekal manusia sepenuhnya sejalan dengan Alkitab. Ini karena Allah yang kekal adalah penyebab semua keberadaan. Dia menciptakan bumi dan segala isinya. Oleh karena itu, dia dapat melakukan apapun yang dia inginkan dengan ciptaannya.[4]
Dalam kitab PL (Perjanjian Lama), kita bisa menemukan rujukan kehendak Allah, yakni kisah Yusuf menjadi penguasa atas seluruh Mesir (Kej. 41–50), perjalanan bangsa Israel melewati Gurun. (Keluaran 15:13.15), sejarah para hakim, raja-raja, dan nabi, benang merahnya adalah pemerintahan Allah yang menjadi nyata, serta di Kitab Mazmur, para penyair yang saleh sering menunjukkan ketentraman di dalam pemerintahan Allah yang Mahakuasa di tengah-tengah pergumulan mereka.[5]
Bahkan dalam Perjanjian Baru, kita menemukan penggenapan Perjanjian Lama (dengan janji-janji dan nubuat-nubuatnya). Bahkan kitab Matius secara khusus memuat setidaknya 70 ayat dalam Perjanjian Lama. Bahkan Yesus mengajarkan mengenai aturan Tuhan kehendak Tuhan. Seperti pada ayat-ayat Matius 10:29, Lukas 12:6 - 7, Lukas 21:18. Serta Rasul Paulus menulis tentang keputusan kehendak Allah secara khusus dalam kitab Roma Pasal 9 - 11, ia membahas tentang pemilihan dan penolakan Allah, serta tujuan-tujuannya dan hubungan-Nya dengan umat perjanjian.[6]
Referensi :
David N. Steele, Curtis C. Thomas, dan S. Lance Quinn, Five Points of Calvinism, (Phillipsburg, New Jersey: P&R Publishing, 2004), Hlm. 6
G. J. Baan, TULIP, (Surabaya : Momentum, 2009), Hlm. 29 - 34
-----
[1] G. J. Baan, TULIP, (Surabaya : Momentum, 2009), Hlm. 29
[2] Ibid, G. J. Baan, 2009, Hlm. 30
[3] David N. Steele, Curtis C. Thomas, dan S. Lance Quinn, Five Points of Calvinism, (Phillipsburg, New Jersey: P&R Publishing, 2004), Hlm. 6
[4] Ibid, G. J. Baan, 2009, Hlm. 32
[5] Ibid, G. J. Baan, 2009, Hlm. 32 - 33
[6] Ibid, G. J. Baan, 2009, Hlm. 33 - 34