Kamis, 24 Juni 2021

Reductio Ad Absurdum

Reductio ad Absurdum (bahasa latin untuk “Reduction to the Absurd”) adalah jenis argumen logis di mana seseorang mengasumsikan klaim demi argumen, memperoleh hasil yang absurd atau konyol, dan kemudian menyimpulkan asumsi awal pasti salah, seperti itu menyebabkan hasil yang tidak masuk akal. Salah satu jenis argumen yang digunakan oleh ahli retorika dan filosofi dan juga digunakan oleh sangat baik oleh Yesus Kristus.[1]

Berdebat
Orang Berdebat
© Foto Oleh Gerd Altmann dari Pixabay / Konsultan
 

Matius pasal dua belas memberikan contoh utama. Setelah menyembuhkan seseorang yang ditindas oleh setan, orang-orang Farisi berkata tentang Yesus, “hanya dengan Beelzebul, raja setan, orang ini mengusir setan.” (Ay. 24). ["Dengan Beelzebul, s  penghulu setan, Ia mengusir setan. (Mat. 12:24, LAI)]. Klaim mereka adalah bahwa Yesus mampu memerintah setan karena dia diberi otoritas oleh kepala setan. Untuk menunjukkan absurditas klaim mereka, Yesus menjawab :


“Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau Iblis mengusir Iblis, iapun terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri; bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul,  dengan kuasa siapakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu.”(Mat. 12:24-27 LAI).[2]


Reductio ad absurdum adalah cara yang baik dan perlu untuk bekerja melalui implikasi logis dari suatu posisi. Sebagian besar dalam buku Republic’s Platon adalah kisah tentang upaya Sokrates untuk memandu pendengar kepada kesimpulan logis dari keyakinan mereka tentang keadilan, demokrasi, dan persahabatan. Diantara konsep-konsep lainnya, melalui serangan reductio ad absurdum yang diperpanjang.[3]


Suatu argumen yang dapat dijawab dengan reductio ad absurdum dikatakan terbukti terlalu banyak, yaitu, terlalu banyak untuk kekuatannya sebagai suatu argumen; karena, jika kesimpulannya benar, suatu proposisi umum yang berada di belakangnya dan mencakupnya adalah juga benar. Menunjukkan proposisi umum ini dalam absurditasnya berarti menggulingkan kesimpulannya.[4]


Referensi : 

Joe Carter dan John Coleman, How to Argue like Jesus: Learning Persuasion from History Greatest Communicator, (Wheaton, Illinois: Crossway Books,  2009),  54 - 55

Thoughtco,  “Reductio ad absurdum”,  https://www.thoughtco.com/reductio-ad-absurdum-argument-1691903


----

[1] Joe Carter dan John Coleman, How to Argue like Jesus: Learning Persuasion from History Greatest Communicator, (Wheaton, Illinois: Crossway Books,  2009),  54

[2] Ibid, 54

[3] Ibid, 55

[4] Thoughtco,  “Reductio ad absurdum”,  https://www.thoughtco.com/reductio-ad-absurdum-argument-1691903

Load comments