Senin, 05 Juli 2021

Allah Tritunggal dalam Perjanjian Lama

Istilah Trinitas sendiri tidak terdapat di dalam Alkitab, akan tetapi konsepnya dengan jelas diajarkan oleh Alkitab. Di satu sisi Alkitab dengan tegas menyatakan keesaan Allah (Ulangan 6:4). Di sisi lain Alkitab dengan tegas menyatakan keilahian tiga Pribadi, dari Allah : Bapa, Anak, dan Roh Kudus.[1]

Belajar Alkitab
Sedang Belajar Alkitab
© Foto Oleh StockSnap dari Pixabay / Alkitab

Doktrin Allah Tritunggal sesungguhnya adalah doktrin penwahuan. Doktrin Allah Tritunggal sebuah doktrin yang tidak akan dapat kita ketahui atau tak mungkin dapat kita percayai kalau hanya berdasarkan atas pengalaman saja, dan yang dimaksudkan dalam pengetahuan kita hanya melalui wahyu Khusus Allah. Karena ini sangat penting untuk kita mengumpulkan bukti-bukti Allah tentangnya.[2]


Allah Tritunggal dalam Perjanjian Lama

Di dalam PL kita memang tidak mendapatkan konsep tentang Allah Tritunggal secara utuh. Tetapi PL sendiri menyaksikan bahwa Allah yang satu itu memiliki pribadi yang jamak.[3]


Pertama, mengenai Kejadian 1:26 dimana ditulis “Baiklah Kita...”, Disini bukanlah sidang ilahi, kejamakan atau kehebatan/ kemuliaan. Serta bukanlah menunjuk kepada jamak dalam bentuk-bentuk pra-Israel.[4] Sebab mengapa bukan malaikat, karena malaikat adalah hamba atau pelayanan yang diciptakan oleh Allah. Sehingga satu kemungkinan bahwa Tuhan menyebut diri-Nya “kita” adalah karena pribadi-Nya memang Jamak.[5] Dan dalam kata kita ini sendiri merujuk kepada Allah Tritunggal. Meskipun ada pembedaan pribadi di sini.[6]


Kedua, Kita bisa berpendapat bahwa Kejadian 19:24 merupakan indikasi mengenai pembedaan di dalam Allah. Di sini kita membaca : “Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari Langit.” Di sini, Malaikat TUHAN yang berada di bumi, menurunkan hujan belerang dan api dari TUHAN yang ada di sorga.[7] Karena itu dapat disimpulkan bahwa ada dua pribadi yang disebut sebagai Tuhan. Dalam terang Kristologi perjanjian Baru, kita dapat mengatakan bahwa Tuhan yang menurunkan belerang dan api adalah Kristus dalam Pl, sedangkan TUHAn di langit dari mana belerang dan api itu berasal adalah Pribadi Pertama, yakni Allah Bapa.[8]


Ketiga, Di dalam Kejadian 16:13, Hagar menyebut Malaikat TUHAN sebagai “Engkaulah El-Roi (Engkau Allah yang melihatku).”. Malaikat TUHAN pada saat diidentikkan dengan Allah, dan pada kesempatan lain dibedakan dari Allah. Di dalam Kejadian 23:20 – 21, Disini Sang Malaikat diidentikan dengan nama TUHAN. Sebaliknya di Keluaran 33, TUHAN berkata bahwa Dia yang mengutus Malaikat menyertai bangsa Israel, tetapi Dia sendiri tidak akan pergi. Di sini Sang Malaikat secara jelas dibedakan dari Allah.[9]


Keempat, Di dalam Ulangan 6:4, dikatakan, “Dengarlah Hai orang Israel: Tuhan itu Adalah kita, TUHAN itu esa!” Kata esa disitu berasal dari kata Ibrani echad yang tidak memiliki pengertian satu atau tunggal secara mutlak, tetapi memiliki pengertian satu sebagai satu kesatuan (inggris:unity). Sehingga kata echad berarti ‘bersama yang lain menjadi satu”, unity in diversity.[10] Dan disini diidentifikasikan sebagai Allah Tritunggal.


Kelima, pembedaan yang terlihat jelas di dalam beberapa perikop di bawah ini, Seperti pada Mazmur 33:6 “Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya.”[11]


Keenam,  Mazmur 45:6,7.  KJV  / NIV mengatakan “Your throne, O God is forever and ever; ... (Ay. 6), dan “... Therefore, God, Your God, has anointed You ..” (Ay. 7). Perhatikan bahwa kedua ayat ini menyebut dua pribadi berbeda yang sama-sama disebut sebagai Allah. Yang pertama adalah pribadi Allah yang memiliki takhta selama-lamanya (Ay. 6), dan yang kedua (ay. 7) adalah pribadi Allah yang telah mengurapi pribadi Allah yang pertama, yakni yang memiliki tahta selama-lamanya.[12]


Dalam Kristologi Perjanjian Baru (Band. Dengan Ibr. 1:8,9), dengan pasti kita dapat mengatakan bahwa pribadi Allah yang disebut di dalam ayat 6 adalah Pribadi Kristus sang Mesias, dan pribadi Allah yang merupai di ayat 7 adalah pribadi pertama yakni Allah Bapa.[13]


Ketujuh, terdapat di ayat Mazmur 110:1 :”Demikian firman Tuhan kepada tuanku : Duduklah di sebelah Kanan-Ku, sampai kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu.”[14]


Kedelapan, di dalam Amsal 3:12-3 : “Hikmat” dipersonifikasikan, dan dibedakan dari Pencipta.[15]


Kesembilan,  Yesaya 48:16 Menyatakan fakta yang sangat mencengangkan mengenai Tritunggal walaupun secara tersirat dan tentu saja kita hanya dapat memahaminya dengan tepat jika dibaca dari terang pengajaran Perjanjian baru. Ada tiga pribadi Allah yang berbeda yang dinyatakan oleh ayat ini. Jika kita melihat konteks ayat-ayat sebelumnya, dan juga isi dari kalimat dalam ayat tersebut, maka dengan pasti kita menyimpulkan bahwa yang mengatakan kalimat tersebut adalah Allah sendiri (tentu saja melalui nubuatan Yesaya).[16]


Kalimat tersebut menyatakan bahwa TUHAN Allah (pribadi Allah yang lain) mengutus Dia dengan Roh-Nya (sebuah pribadi yang lainnya lagi). Di dalam terang Perjanjian Baru kita dapat menyimpulkan bahwa Pribadi Allah yang sedang berbicara melalui nabi Yesaya adalah Kristus dalam PL, dan TUHAN Allah yang mengutus diri-Nya adalah Allah Bapa, dan Roh yang dimaksudkan adalah Roh Kudus.[17] Serta dalam Yesaya 48:16, Yesaya 63:10, dan Yesaya 61:1 adalah menyatakan Roh dinyatakan sebagai pribadi yang berbeda.[18]


Kesepuluh, Maleakhi 3:1 menyatakan TUHAN berfirman bahwa Dia menyuruh utusan-Nya untuk mempersiapkan jalan di hadapan-Nya. Perhatikan bahwa Tuhan berfirman tersebut menyebut seorang Pribadi Tuhan yang lain, yakni Tuhan yang mendadak masuk ke bait-Nya. Dia disini disebut sebagai Malaikat perjanjian. Di dalam terang Perjanjian Baru, maka kita menyimpulkan bahwa Tuhan yang berfirman adalah Allah Bapa, dan Tuhan yang disebut oleh Tuhan yang berfirman, yakni yang mendadak masuk ke dalam bait-Nya adalah pribadi kedua Tritunggal, sang Mesias.[19]


Jadi dapat disimpulkan bahwa di dalam Perjanjian Lama sendiri dapat menyimpulkan bahwa di dalam Perjanjian Lama kejamakan Pribadi Allah sudah dinyatakan, dan bahwa ketiga dari Pribadi-Nya juga sudah dinyatakan walaupun secara tersirat (implisit).[20]



Referensi :

Cornelius van Til,  Pengantar Theologi Sistematik,  (Surabaya : Momentum,  2015), 400 – 401

Louis Berkhof,  Sistematika Teologi 1 : Doktrin Allah,  (Surabaya : Momentum,  2021),  147 – 149

Muriwali Yanto Matalu,  Dogmatika Kristen,  (Malang : Gerakan Kebangunan Kristen Reformed,  2017),  242 – 246

R. C. Sproul,  Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen,  (Malang : Literatur SAAT, 2014),  43



----

[1] R. C. Sproul,  Kebenaran-Kebenaran Dasar Iman Kristen,  (Malang : Literatur SAAT, 2014),  43

[2] Louis Berkhof,  Sistematika Teologi 1 : Doktrin Allah,  (Surabaya : Momentum,  2021),  147 - 148

[3] Muriwali Yanto Matalu,  Dogmatika Kristen,  (Malang : Gerakan Kebangunan Kristen Reformed,  2017),  242

[4] Disini bukanlah sidang ilahi, Allah bersama malaikat, bentuk-bentuk kejamakan pra-Israel, dan kemulian kejamakan di dalam Allah. Karena penafsiran keempat ini menunjuk kepada penafsiran Yahudi yang anti Tritunggal. (bandingkan Kej. 1:1-3). Lebih lanjut : https://www.blueletterbible.org/faq/don_stewart/don_stewart_688.cfm

[5] Muriwali Yanto Matalu,  Dogmatika Kristen,  (Malang : Gerakan Kebangunan Kristen Reformed,  2017),  242 - 243

[6] Lebih lanjut membaca tulisan Louis Berkhof,  Sistematika Teologi 1 : Doktrin Allah,  (Surabaya : Momentum,  2021),  147 - 149

[7] Cornelius van Til,  Pengantar Theologi Sistematik,  (Surabaya : Momentum,  2015), 400

[8] Muriwali Yanto Matalu,  Dogmatika Kristen,  (Malang : Gerakan Kebangunan Kristen Reformed,  2017),  243

[9] Cornelius van Til,  Pengantar Theologi Sistematik,  (Surabaya : Momentum,  2015), 400 - 401

[10] Muriwali Yanto Matalu,  Dogmatika Kristen,  (Malang : Gerakan Kebangunan Kristen Reformed,  2017),  246

[11] Cornelius van Til,  Pengantar Theologi Sistematik,  (Surabaya : Momentum,  2015), 401

[12] Muriwali Yanto Matalu,  Dogmatika Kristen,  (Malang : Gerakan Kebangunan Kristen Reformed,  2017),  243

[13] Ibid,  243

[14] Cornelius van Til,  Pengantar Theologi Sistematik,  (Surabaya : Momentum,  2015), 401

[15] Ibid, 401

[16] Muriwali Yanto Matalu,  Dogmatika Kristen,  (Malang : Gerakan Kebangunan Kristen Reformed,  2017),  243 - 244

[17] Ibid, 244

[18] Cornelius van Til,  Pengantar Theologi Sistematik,  (Surabaya : Momentum,  2015), 401

[19] Muriwali Yanto Matalu,  Dogmatika Kristen,  (Malang : Gerakan Kebangunan Kristen Reformed,  2017),  244

[20] Ibid, 244

Load comments