Selasa, 06 Juli 2021

Bagian-Bagian Predestinasi : Pemilihan dan Penolakan

Selanjutnya kita harus tegas menyatakan bahwa predestinasi memiliki dua elemen yaitu pemilihan dan penolakan (reprobasi). Sebagian teolog Reformed hanya menerima elemen pemilihan dan menolak elemen penolakan. Mereka tidak menyetujui predestinasi ganda. Tetapi secara logis bisa disimpulkan bahwa jikalau ada orang-orang yang terpilih, maka pasti juga orang-orang yang terpilih, maka pasti ada juga orang-orang yang tidak terpilih atau ditolak.[1]

Kehendak Allah
Ilustrasi Seseorang Berdoa kepada Tuhan
© Gambar oleh Pexels dari Pixabay / Berdoa
 

Pemilihan

a. Pengertian Alkitab tentang Pemilihan. Alkitab membicarakan tentang pemilihan dalam beberapa arti, yaitu : (1) pemilihan atas bangsa Israel sebagai umat Allah yang mendapat tugas khusus, Ul. 4:7; 7:6-8; 10:15; Hos. 13:5. (2) Pemilihan atas orang-orang secara pribadi untuk tugas atau jabatan tertentu atau untuk melakukan pelayanan tertentu. (Kel 3; Ul. 18:5; 1 Sam. 10:24; Mzm. 78 :70; Yer. 1:5, dan Yoh. 6:70; Kis. 9:15). (3) Pemilihan atas orang-orang secara pribadi untuk menjadi anak-anak Allah dan pewaris dari kemuliaan kekal, (Mat. 22:14; Rom. 11:5; 1 Kor 1:27, 28; Ef. 1:4; 1 Tes. 1:4; 1 Pet. 1:2; 2 Pet. 1:10).[2]


Maka definisi pemilihan adalah tindakan kekal Allah di masa Ia dalam kesukaan kedaulatan-Nya dan tanpa memperhitungkan jasa atau kebaikan manusia memilih sejumlah orang untuk menjadi penerima dari anugerah khusus dan keselamatan kekal.[3]


b. Ciri-ciri khas dari pemilihan. (1) Merupakan pernyataan dari kehendak Allah yang berdaulat, kesukaan kebaikanNya. Hal ini berarti bahwa di antara hal-hal yang lain, Kristus sebagai Pengantara bukanlah merupakan penyebab yang bergerak atau membutuhkan jasa untuk melakukan pemilihan. (Rm. 9:11; 2 Tim. 1:9).  (2) Pemilihan ini tidak dapat berubah dan dengan demikian menyatakan bahwa keselamatan dari orang pilihan adalah pasti. Allah melaksanakan ketetapan pemilihan dengan berasal dari diriNya sendiri, melalui karya penyelamatan yang dilaksanakanNya dalam diri Yesus Kristus. (Rm. 9:29,30; 11:29; 2 Tim. 2:19).  (3) Pemilihan ini bersifat kekal yang berarti sudah ada sejak kekekalan. (Rm. 8:29, 30; Ef. 1:4,5).  (4) Pemilihan ini tanpa syarat. (Ef. 2:8,10; 2 Tim. 2:21). (5) Pemilihan ini tak dapat ditolak. (Mzm. 110:3; Fil. 2:13). (6) Pemilihan ini tidak boleh dituduh sebagai ketidakadilan. (Mat. 20:14,15; Rom. 9:14,15).[4]


c. Tujuan pemilihan. (1) Rencana yang tepat untuk keselamatan bagi orang pilihan. (Rom. 11:7-11; 2 Tes. 2:13). (2) Sasaran akhirnya untuk kemuliaan Allah. Bahkan juga kedudukan keselamatan ada di bawah kemuliaan Allah. (Ef. 1:6,12,14).[5]


Penolakan

Patokan pengakuan iman kita bukan saja berbicara soal pemilihan, tetapi juga membicarakan penolakan. Agustinus mengajarkan baik doktrin penolakan dan juga doktrin tentang pemilihan, tetapi “doktrin ini sangat keras.” Bahkan Calvin sangat sadar dan seriusnya doktrin ini terbukti dari kenyataan bahwa Calvin menyebutnya sebagai “decretum horribile” (Ketetapan yang menakutkan).[7]


a Pernyataan Doktrin ini. Penolakan dapat didefinisikan sebagai ketetapan kekal Allah di mana Ia telah menentukan sebagian orang untuk terhilang berdasarkan tindakan dari anugerah khusu-Nya dan menghukum mereka karena dosa-dosa mereka untuk menyatakan keadilan-Nya. [8]


(1) Doktrin ini berisi dua elemen, yaitu penentuan atau penetapan untuk lewat bagi sebagian orang, dan hukuman atau penentuan untuk menghukum mereka yang terlewatkan oleh sebab dosa-dosa mereka. (2) Kita harus senantiasa berpegang pada pengertian bahwa sebagaimana pemilihan dan penolakan keduanya menentukan akhir yang telah dipredestinasikan bagi manusia dengan kepastian yang besar, dan cara yang dipakai sehingga tujuan akhir itu dapat dicapai.[9]


b.  Bukti bagi doktrin penolakan. Doktrin penolakan secara wajar mengikuti situasi logis. Ketetapan atas pemilihan jelas-jelas mengimplikasikan penolakan. Apabila Allah yang Maha bijaksana dan memiliki semua pengetahuan telah merencanakan untuk menyelamatkan sebagian orang, kemudian Ia ipso facto juga merencanakan untuk tidak menyelamatkan sebagian yang lain.[10]


Alkitab tidak pernah menyebut satu kata pun yang membicarakan predestinasi dari Allah mengenai penolakan manusia. Tetapi bagi kita Alkitab tidak berkontradiksi tetapi meluruskan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin timbul. Oleh sebab Alkitab adalah terutama merupakan wahyu penebusan, maka Alkitab tentu saja tidak perlu terlalu banyak bicara soal penolakan sebagaimana Alkitab banyak berbicara tentang pemilihan. (Bandingkan Mat. 11:25,26; Rom. 9:13,17,18,21; 11:7, Yud 4; 1 Pet. 2:8).[11]


Sumber :

Louis Berkhof,  Sistematika Teologi 1 : Doktrin Allah,  (Surabaya : Momentum,  2021), 207 – 215

Muriwali Yanto Matalu,  Dogmatika Kristen,  (Malang :GKKR, 2017), 269



----

[1] Muriwali Yanto Matalu,  Dogmatika Kristen,  (Malang :GKKR, 2017), 269

[2] Louis Berkhof,  Sistematika Teologi 1 : Doktrin Allah,  (Surabaya : Momentum,  2021), 207

[3] Ibid, 207

[4] Ibid, 208 - 210

[5] Ibid,  210

[6] Muriwali Yanto Matalu,  Dogmatika Kristen,  (Malang :GKKR, 2017), 269

[7] Louis Berkhof,  Sistematika Teologi 1 : Doktrin Allah,  (Surabaya : Momentum,  2021), 211

[8] Ibid, 212

[9] Ibid, 212 - 213

[10] Ibid, 215

[11] Ibid, 215

Load comments