Minggu, 11 Juli 2021

Bentuk-Bentuk Pengilhaman Alkitab

Selain kita sudah paham bahwa pengilhaman yang alkitabiah adalah pengilhaman yang organis. Tetapi kita disini akan mendalami mengenai bentuk-bentuk pengilhaman yang ada di dalam pengilhaman organis ini. Sebelum melangkah ke bagian berikutnya kita perlu menegaskan, pengilhaman mekanis/ditek, pengilhaman dinamis, pengilhaman konseptual, dan pengilhaman Parsial adalah pengilhaman yang tidak Alkitabiah.

Alkitab
Alkitab
© Foto oleh peachknee dari Pixabay / Alkitab

Berikut bentuk-bentuk Pengilhaman yang ada di dalam Pengilhaman Organis itu sendiri :

  1. Pengilhaman Liris [contoh genre : puisi, hikmat, dan nubuat]. Di dalam pengilhaman liris, seperti yang kita temukan di dalam kitab Mazmur, kepribadian penulis sekunder sangat menonjol. Di dalam Mazmur dan bagian-bagian Alkitab yang sejenis, kita mendapatkan reaksi subjektif dari keseluruhan kaum tebusan terhadap tindakan-tindakan objektif dan subjektif dari penebusan. Contohnya adalah Daud.
  2. Pengilhaman Hikmat [Dari kata Ibrani hakmah, hikmat. Literatur Hikmat dalam Alkitab termasuk kitab Pengkhotbah dan Amsal]. Ini sering terungkapkan dalam bentuk puisi tetapi juga bisa dalam bentuk prosa. Pengilhaman ini berciri didaktis. Mereka menyanyikan hikmat Allah yang yang ditunjukkan di dalam penciptaan dan di dalam penebusan. Roh kudus memasukan prinsip khusus ke dalam prinsip umum, dari kebertahapan yang digunakan  Roh Kudus di dalam berkarya. Contohnya adalah : Ayub dan orang bijak lainnya.
  3. Pengilhaman Profetis.  Pengilhaman yang mengarahkan bahwa penulis sekunder lebih kali lebih pasif dibandingkan dengan dalam pengilhaman iris dan hikmat. Di dalam hal ini, kepribadian sang nabi merupakan alat bagi Roh Kudus. Dalam hal ini, pengilhaman profetis merupakan pengilhaman epos dan bukan liris. Penulis-penulis epos tidak begitu banyak menunjukkan pribadi-pribadi sendiri, tetapi lebih menggambarkan penguliran-penguliran peristiwa yang panoramis. Contohnya adalah : Yeremia dan Yehezkiel.
  4. Pengilhaman Kristus, bercirikan univokal karena diri-Nya sendiri. Akan tetapi, kita tidak boleh sembarangan menyamakan kesadaran manusiawi Kristus dengan kesadaran Ilahi-Nya. Dia memberi tahu kita bahwa Firman yang Dia ucapkan telah diterima (Yoh. 14:10,24). Ini selaras dengan penerimaan-Nya atas natur manusia, dan itu pun di dalam kondisi yang dilemahkan. Dia bertumbuh di dalam hikmat, melalui pembacaan Alkitab, dll. Sehingga Kristus agar bisa menjadi Nabi yang sejati dan besar, Roh Allah dikaruniakan kepada-Nya tanpa batas (Yoh. 3:34).
  5. Pengilhaman Para Rasul, bisa dipahami dengan baik dalam 3 fakta. (1) bahwa Roh Kudus sekarang dicurahkan di atas gereja, (2) bahwa pengilhaman para rasul telah berhenti pada posisi dan pelayanan resmi mereka sebagai rasul, dan (3) bahwa inkarnasi Kristus pada saat ini merupakan fakta yang sudah tergenapi. Fakta-fakta ini sangat menjelaskan perbedaan antara para nabi dan para rasul dalam hal pengilhaman.


Sumber :

Cornelius van Til,  Pengantar Theologi Sistematik,  (Surabaya: Momentum,  2015), 289 - 294

Load comments