Sabtu, 10 Juli 2021

Keberadaan Diri Allah dan Ketidakberubahan Allah

 Sifat-Sifat Allah yang Tidak Dikomunikasikan atau Atribut-Atribut yang Tidak Dikomunikasikan atau Atribut-Atribut Allah yang tidak ada pacar Makhluk ciptaan adalah semua atribut-atribut yang tidak ada pada manusia menekankan Keberadaan Allah yang absolut.[1] Sifat-sifat ini antara lain : Keberadaan Diri Allah / Aseitas / Independensi Allah, Imutabilitas (ketidakberubahan) Allah, Infinitas (ketidakterbatasan) Allah, dan Kesatuan Allah.

Tangan
Ilustrasi Menghayati Ciptaan Allah
© Foto Olehh karamel dari Pixabay / Tangan
  

Keberadaan Diri Allah / Aseitas / Independensi Allah

Yang pertama dan yang terutama di antara atribut-atribut tersebut adalah independensi atau Eksistensi diri Allah (autarkiaomnisufficientia) (kecukupan diri, kemahacukupan). Dia adalah ipsa per se bonitas sanctitas, sapienta, vita, veritas, dll. (pada diri-Nya sendiri [dikarenakan diri-Nya sendiri] adalah kebaikan kekudusan, hikmat, kehidupan, kebenaran, dll). Allah bukanlah causa sui (menyebabkan diri-Nya sendiri), jika causa sui maksudnya adalah sumber produksi. Allah tidak menghasilkan diri-Nya sendiri karena Dia sama sekali tidak dihasilkan.[2]


Allah adalah Allah yang independen. Dia tidak membutuhkan sesuatu di luar diri-Nya untuk Eksis seperti yang dikatakan pada Keluaran 3:14,  “Aku adalah Aku”.[3] Hanya karena Ia adalah Allah yang ada pada diri-Nya sendiri, dan Allah yang tidak terikat maka Ia dapat memberi jaminan ia  tetap sama selama-lamanya dalam hubungannya dengan Umat-Nya. (Yoh. 5:26).  Dalam pernyataan bahwa Ia tidak bergantung  pada apapun juga dan bahwa segala sesuatu ada hanya melalui Dia.[4]


Imutabilitas (Ketidakberubahan) Allah

Imutabilitas Allah tercakup di dalam aseitas-Nya. Allah “tidak berubah di dalam eksistensi dan esensi-Nya; seperti juga Dia di dalam pikiran dan kehendak-Nya, di dalam segala tujuan dan dekrit-Nya.” Dia sebut TUHAN yang tidak berubah (Mal. 3:6), dan pada diri-Nya tidak ada bayangan yang disebabkan oleh perubahan.[5]


Ketidakberubahan ini adalah kesempurnaan dari Allah, yang dengan-Nya Ia tak mungkin mengalami perubahan, bukan saja dalam keberadaan-Nya, tetapi juga dalam segala kesempurnaan-Nya, dan dalam tujuan serta janji-janji-nya. Ayat-ayat Alkitab antara lain : Kel 3:14; Mzm. 102:26-28; Yes. 41:4; 48:12; Mal. 3:6; Rom. 1:23; Ibr. 1:11-12; Yak. 1:17.[6]


Referensi : 

Cornelius van Til,  Pengantar Theologi Sistematik, (Surabaya : Momentum, 2015), 377

Louis Berkhof,  Teologi Sistematika 1 : Doktrin Allah,  (Surabaya : Momentum, 2021), 89 - 93

Muriwali Yanto Matalu,  Dogmatika Kristen, (Malang : Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2017),  200


----

[1] Louis Berkhof,  Teologi Sistematika 1 : Doktrin Allah,  (Surabaya : Momentum, 2021),    89 - 91

[2] Cornelius van Til,  Pengantar Theologi Sistematik, (Surabaya : Momentum, 2015), 377

[3] Muriwali Yanto Matalu,  Dogmatika Kristen, (Malang : Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2017),  200

[4] Louis Berkhof,  Teologi Sistematika 1 : Doktrin Allah,  (Surabaya : Momentum, 2021),   92

[5] Cornelius van Til,  Pengantar Theologi Sistematik, (Surabaya : Momentum, 2015), 383

[6] Louis Berkhof,  Teologi Sistematika 1 : Doktrin Allah,  (Surabaya : Momentum, 2021), 93

Load comments