Kamis, 19 Mei 2022

Iman di dalam Alkitab

Kelahiran baru, pencakokan kehidupan baru di dalam kita, tidak akan terpisahkan dari kehidupan pertobatan dan iman yang olehnya kita dapat masuk ke dalam kerajaan Allah. Bisa seseorang dapat dilahirkan kembali, dia melihat dan akan dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah (Yoh. 3:3, 5), dan dia melakukan itu hanya melalui pertobatannya kepada Allah dan iman mereka di dalam Kristus.[1]

Salib
Salib
© Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay / Salib
   

Sehingga dalam hal ini, kita harus melihat hubungan penting antara pertobatan dengan iman. Sebab kita memahami bahwa konversi itu sendiri sangat penting dan terjadi dalam kehidupan kita, Oleh sebab itu, dalam hal ini, kita perlu memikirkan bagaimana kita bisa hidup di dalam pertobatan. Pertobatan hanya akan bersifat sejati kalau ia didasari iman mereka kepada Allah dan Firman-Nya. (Mzm. 130, Kis. 2:38). Pertalian dan hubungan antar keduanya sangat penting, karena iman dan pertobatan harus dipandang kedua pasangan yang utuh dan tidak boleh dicerai beraikan.[2]


Memahami iman adalah salah satu yang sangat penting dalam kehidupan seseorang. Bahkan seorang misionaris sangat susah sekali untuk menuliskan arti kata iman. Kesusahan untuk mendapatkan terjemahan yang sangat mendekati adalah salah satu hal yang penting. Namun sang misionaris ini akhirnya menemukan arti iman tersebut ketika dirinya menyandarkan bebannya pada kursi, dan akhirnya menemukan arti iman , yakni menyandarkan seluruh bebanmu kepada Kristus![3]


Iman dalam Alkitab

Sudah sangat jelas ketika kita mempelajari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru bahwa iman memainkan peran sentral dalam kehidupan umat Allah yang hidup di bawah Kovenan Lama. Bahkan Ibrani 11 mendaftartarkan banyak pahlawan besar  dari dispensasi yang lama dan menekankan kualitas iman mereka sebagai contoh bagi kita.[4]  Oleh sebab itu, disini kita akan mendalami mengenai Iman di dalam Alkitab.


Iman dalam Perjanjian Lama

Sebelum kita membahas kata-kata Perjanjian Lama, kita dapat memperhatikan, sebagaimana ditunjukkan oleh B.B.Warfield, bahwa sikap iman dan percaya sangat jarang disebut “iman” di dalam perjanjian lama, walaupun sikap tersebut terimplikasi disana dan sering diparafrasakan.[5]


Tiga kata yang paling umum dalam Perjanjian Lama untuk iman sendiri adalah he’min, Batach, dan chasah. He'Min sendiri dapat diartikan sebagai :mempercayai atau mempercayakan diri kepada seseorang.” Kata kerja ini sendiri digunakan di dalam ayat terkenal di dalam Kitab Kejadian 15:6. Serta dapat dilihat juga pada Yesaya 7:9; Habakuk 2:4; Mazmur 78:22.[6]


Kata Iman di Perjanjian Lama adalah Batach. Kata ini sendiri berarti “yakin, akan , bersandar pada, mempercayai.” Contoh penggunaan ada di dalam Mazmur 25:2, serta Mazmur 13:6a; 84:L13; Amsal 16:20; Yesaya 26:3-4.[7]


Kata Iman di Perjanjian lama yang ketiga adalah chasah, yang berarti “mencari perlindungan.” Contohnya terdapat pada Mazmur 57 :2; Mazmur 2:12; 25:20; 31:2, dan 91:4. [8]


Iman dalam Perjanjian Baru

Ketika kita melihat Perjanjian Baru, sangat menarik bahwa kita memperhatikan salah satu  bagian, Paulus mengatkana era Perjanjian Baru sebagai era di mana “Iman itu telah datang” (Gal. 3:25). Paulus bermaksud bahwa Objek dari iman kita, yakni Yesus Kristus, telah menyatakan diri-Nya.[9]


Kata-kata di dalam perjanjian Baru yang paling sering adalah kata benda pistis dan kata kerja pisteuein. Kata pistis dapat dipergunakan dalam pengertian “Iman yang dengannya kita mempercayai”, yang menyatakan keyakinan atas  kebenaran dari suatu hal. Dalam hal kaitannya dengan Allah, maka kita menunjukkan keyakinan diri kita kepada eksistensi Allah, bahwa Dia adalah Pencipta, dan penguasa segala sesuatu, dan pemberi keselamatan melalui Kristus. Istilah ini sendiri terdapat di dalam Kisah Para Rasul 11:24, Roma 3:28, Dan Efesus 2:8.[10]


Pengertian kedua dari pistis adalah mendeskripsikan “iman yang diyakini” – yaitu apa dari yang dipercayai. Penggunaan ini sendiri terdapat pada Yudas 3, Galatia 1:23, dan 1 Timotius 4:1.[11]


Kata kerja dari iman perjanjian baru adalah pisteuein memiliki arti (1) berpikir bahwa sesuatu adalah benar (Mat. 24:23), atau  (2) menerima pesan Allah yang disampaikan oleh mereka  yang ditunjukkan oleh Allah (Kis. 24:14). Tetapi lebih yang menonjol adalah (3) menerima Yesus sebagai Mesias, Sumber keselamatan yang kekal yang ditetapkan secara ilahi (Yoh. 3:16).[12]


Susunan keberagaman Kata pisteuein serta artinya. (1) “pisteuein” dalam bentuk dativ. Susunan seperti ini biasanya menunjukan kepercayaan yang resmi. Seperti halnya dalam Yoh. 4:50; 5:47; Kis. 16:34; Rm. 4:3; II Tim. 1:12. (2) “pisteuein” diikuti dengan kata “hoti”. Dalam susunan ini kata sambungnya dimaksudkan untuk memperkenalkan apa yang dipercayai itu. Secara keseluruhan susunan ini lebih lemah dari susunan yang terdahulu. Dalam hal susunan umum, tidak menyangkut hal religious seperti Yoh. 9:18; Kis. 9:26. Sedangkan menyangkut soteriologis adalah Mat. 9:28; Rm. 10:9; 1 Tes. 4:14.[13](3) pisteuein  dengan kata depan. Disini menunjukkan kepercayaan yang teguh bersandar mencapai segala kepenuhannya. Susunan sebagai berikut : (a) susunan dengan ”en” sering muncul dalam Septuaginta. Jarang id Perjanjian baru. Contohnya terdapat pada Mrk. 1:15; Contoh lain adalah Yoh. 3:15; Ef. 1:13. Implikasi dari kata en adalah rasa percaya diri yang berakar teguh pada objeknya, khususnya Injil dan Kristus; (b) susunan dengan “epi” dan bentuk dativ. Sering ditemukan di Yes. 28:16; Rm. 9:33;10:11; I Pet. 2:6, dan Luk. 24:25; I Tim. 1:16, arti dari susunan ini adalah adanya tanggapan yang mapan dan sepenuhnya bersandar kepada objek. (c) Susuna dengan “epi” dan bentuk akkusativ.  Terdapat tujuh ayat dalam Perjanjian baru, memiliki pengertian moral yakni berbalik dengan penuh rasa percaya diri kepada Kristus. (d) Susunan dengan “eis”. Paling menonjol dalam Perjanjian Baru ditemukan empat puluh sembilan, memiliki arti “Suatu perpindahan mutlak dari rasa percaya diri kita sendiri kepada orang lain, dan merupakan sebuah ketaklukan yang penuh kepada Tuhan.”.[14]


Sumber Referensi :

Anthony A. Hoekema,  Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya : Momentum, 2017), 175 - 177

Louis Berkhof, Teologi Sistematika 4 : Doktrin Keselamatan, (Surabaya : Momentum, 2010), 183

Sinclair B. Ferguson, Kehidupan Kristen, (Surabaya : Momentum, 2007), 81 - 82



------

[1] Sinclair B. Ferguson, Kehidupan Kristen, (Surabaya : Momentum, 2007), 81

[2] Ibid, 82

[3] Anthony A. Hoekema,  Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya : Momentum, 2017), 175

[4] Sinclair B. Ferguson, Kehidupan Kristen, (Surabaya : Momentum, 2007),82

[5] Anthony A. Hoekema,  Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya : Momentum, 2017), 176

[6] Ibid, 176

[7] Ibid, 176 - 177

[8] Ibid, 177

[9] Ibid, 177

[10] Ibid, 177

[11] Ibid, 177

[12] Ibid, 177

[13] Louis Berkhof, Teologi Sistematika 4 : Doktrin Keselamatan, (Surabaya : Momentum, 2010), 183

[14] Louis Berkhof, Teologi Sistematika 4 : Doktrin Keselamatan, (Surabaya : Momentum, 2010), 183 - 184

Load comments