Pengilhaman Organis
Pandangan yang benar adalah pandangan pengilhaman “organis”, yaitu penulis digerakan oleh Roh Kudus melalui suatu cara yang organis, sesuai dengan kepribadian, karakter, temperamen, karunia, dan talenta mereka masing-masing. Setiap penulis menggunakan gaya mereka sendiri dalam surat, Injil, dll. Pengaruh Dosa dihilangkan secara sempurna dari penulis dan teks. Roh Allah memberi kepada manusia jangkauan yang bebas untuk menulis, tetapi setiap kata-kata, sintaksis, dll, berasal dari Tuhan yang Mahakuasa.[1]
![]() |
Alkitab adalah Firman Allah © Foto Oleh mnplatypus dari Pixabay / Alkitab |
Allah adalah penulis utama dari Kitab Suci, tetapi dengan cara sedemikian rupa, bahwa “penulis” manusia adalah juga penulis dari teks yang mengungkapkan makna mereka sendiri di dalam kata-katanya.[2]
Keluasan Inspirasi
Mengenai keluasan dari pengilhaman Alkitab. Setidaknya ada dua pandangan yang salah yang berkenaan dengan keluasan Pengilhaman Alkitab. Dua yang salah ini adalah pengilhaman parsial dan pengilhaman konseptual.
Pengilhaman Parsial vs Pengilhaman Menyeluruh
Pandangan pengilhaman parsial mengatakan bahwa hanya bagian-bagian tertentu dari Alkitab yang diilhamkan. Sehingga tidak semua ini diilhamkan.[3] Berlawanan dengan hal itu adalah bahwa keluasan inspirasi adalah keluasan yang menyeluruh (plenary inspiration). Pengilhaman yang menyeluruh ini sendiri artinya bahwa seluruh bagian Alkitab inspirasikan oleh Allah, seperti yang dinyatakan dalam 2 Timotius 3:16 dan 2 Petrus 1:21.[4]
Pengilhaman Konseptual vs Pengilhaman Verbal
Pandangan yang salah adalah Pengilhaman Konseptual yang menyatakan bahwa pengilhaman Alkitab bukan kata demi kata tetapi pengilhaman secara konsep, artinya hanya konsep-konsep Alkitab saja yang diinspirasikan.[5][6] Melawan pandangan ini maka kita dapat berargumen bahwa pengilhaman Alkitab sendiri kata demi kata di dalamnya. Jika ada satu kata saja yang keliru, maka hal itu akan mempengaruhi konsepnya secara keseluruhanya.[7]
Pengilhaman verbal adalah suatu keniscayaan dari aktivitas prinsip khusus yang konsisten. Hanya Roh yang bisa memberikan interpretasi yang benar tentang fakta-fakta penebusan. Karena interpretasi yang otoritatif bagi pemikiran hanya bisa dikomunikasikan dalam bentuk bahasa, hal selanjutnya adalah bahwa ungkapan ini pada dirinya sendiri haruslah akurat seluruhnya. Jika tidak demikian, tidak akan ada pengomunikasian pikiran tau makna yang otoritatif dari wahyu khusus.[8]
Sumber ;
Cornelius van Til, Pengantar Theologi Sistematik, (Surabaya: Momentum, 2015), 286 - 287
Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang : Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2017), 132 - 133
W. Gary Crampton, Verum Dei : Alkitab Firman Allah, (Surabaya : Momentum, 2000), 57 - 58
----
[1] W. Gary Crampton, Verum Dei : Alkitab Firman Allah, (Surabaya : Momentum, 2000), 57
[2] Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang : Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2017), 132 - 133
[3] W. Gary Crampton, Verum Dei : Alkitab Firman Allah, (Surabaya : Momentum, 2000), 58
[4] Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang : Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2017), 133
[5] Ibid, 133
[6] W. Gary Crampton, op cit, 58
[7] Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang : Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2017), 133
[8] Cornelius van Til, Pengantar Theologi Sistematik, (Surabaya: Momentum, 2015), 286 - 287