Teologi Reformed menekankan kedaulatan Allah dalam arti bahwa Ia telah dengan penuh kedaulatan sejak dari kekekalan menetapkan apa saja yang akan terjadi dan melakukan karya kedaulatan-Nya dalam kehendakNya atas semua ciptaan atas semua ciptaan, baik yang alamiah maupun yang rohaniah, sesuai dengan rencana yang telah Ia tetapkan sejak semula. (Ef. 1:11).[1]
![]() |
Panorama Alam yang Indah © Foto Oleh RÜŞTÜ BOZKUŞ dari Pixabay / Panorama |
Dalam Katekismus Singkat Westminster menjelaskan :
Pertanyaan 7 : Apakah ketetapan-ketetapan (dekrit) Allah itu?
Jawaban : Ketetapan-ketetapan Allah adalah maksud-Nya yang kekal yang sesuai dengan keputusan kehendak-Nya, yang dengannya, bagi kemuliaan-Nya sendiri, Dia telah menentukan sebelumnya setiap hal yang akan terjadi.[2]
Istilah-Istilah Alkitab untuk Ketetapan-Ketetapan Ilahi
Istilah-Istilah dalam Perjanjian Lama. Ada beberapa istilah yang menekankan elemen intelektual dalam ketetapan seperti etsah dari ya’ats artinya ‘memberi nasehat.” Ayb. 38:2; Yes. 14:26; 45:11; sod dari yasad, artinya ‘duduk bersama-sama’ (dalam bentuk niphal), Yer.23:18-22; dan mezimmah dari zamman, artinya ‘merenungkan, berpikir, bertujuan.’ Yer 4:28; 51:12; Ams. 30:32. Di samping itu ada juga istilah-istilah yang menekankan elemen tindakan kehendak, seperti chaphets artinya ‘kecenderungan’, ‘kehendak’, ‘kesukaan’, Yes. 53:10; dan ratson, menyenangkan, bersukacita, dan dengan demikian mengandung makna kesenangan dan kehendak yang berdaulat, Mzm. 51:19; Yes 48:8.[3]
Istilah-Istilah Perjanjian Baru. Istilah paling umum adalah boule, yang menunjuk ketetapan secara umum, tetapi juga menunjukkan kenyataan tujuan Allah berdasarkan pertimbangan dan pemikiran yang cermat, Kis. 2:23; 4:28; Ibr. 16:17. Kata lain yang agak umum adalah thelema yang dipakai untuk menunjuk nasehat Allah (Ef. 1:11). Kata eudokia lebih menekankan kebebasan dari tujuan Allah dan kesukaan yang menyertainya. (Mat. 11:26; Luk 2:14; Ef. 1:5,9. Kata-kata yang lain menunjuk kepada arti khusus dan memusat pada arti khusus di dalam manusia, yakni predestinasi.[4]
Sumber Referensi :
G. I. Williamson, Katekismus Singkat Westminster 1, (Surabaya : Momentum, 2021), 39
Louis Berkhof, Sistematika Teologi 1 : Doktrin Allah, (Surabaya: Momentum, 2021), 179 - 183
---
[1] Louis Berkhof, Sistematika Teologi 1 : Doktrin Allah, (Surabaya: Momentum, 2021), 179
[2] G. I. Williamson, Katekismus Singkat Westminster 1, (Surabaya : Momentum, 2021), 39
[3] Louis Berkhof, Sistematika Teologi 1 : Doktrin Allah, (Surabaya: Momentum, 2021), 182
[4] Ibid, 182 - 183