Fakta bahwa Allah telah bereksistensi sebagai keberadaan yang konkret yang mencukupi pada diri-Nya sendiri terlihat dengan jelas di dalam doktrin Trinitas. Disini kita berbicara tentang esensi Allah yang dibedakan dari tiga pribadi pada Allah. Kita berbicara tentang Allah sebagai satu pribadi; tetapi kita juga berbicara tentang tiga pribadi di dalam Allah. Trinitas pada diri-Nya sendiri adalah tuntas di dalam keilahian, meskipun terdapat suatu distingsi sejati antara pribadi-pribadi tersebut. Kesatuan dan kejamakan sama-sama ultimat di dalam Allah.[1]
![]() |
Alkitab © Foto Oleh John-Mark Smith dari Pexels / Alkitab |
Para filsuf sepanjang zaman banyak mendiskusikan tentan kesatuan (unity) dan keragaman (diversity), atau dalam bahasa van Til yaitu problema satu (one) dan banyak (many). Tetapi ketika para filsuf mencari hakekat kesatuan maupun keragamanan, atau mencoba menekankan yang satu diatas yang lainnya, mereka sebenarnya hanya menemukan sejumlah abstraksi yang tidak memiliki makna apa pun.[2]
John Frame dengan tepa menjelaskan konsep Van Til tentang problema “satu” dan “banyak” dengan mengatakan bahwa mendefinisikan hakekat sesuatu dengan mencari kesatuan (generalisasi) adalah sia-sia dan juga mendefinisikan hakekat sesuatu dengan membelah bagian-bagiannya (partikulasi) juga adalah sia-sia.[3]
Dapat disimpulkan bahwa mencari hakekat dengan cara generalisasi (mencari kesatuannya) adalah sia-sia, dan sebaliknya mencari hakekat dengan cara partikularisasi (membelah unsur-unsurnya) juga adalah sia-sia. Kita tidak akan pernah mendapatkan hakekat yang sejati dari keberadaan suatu hal, atau dunia ini ataupun alam semesta ini dengan cara generalisasi maupun partikularisasi.[4]
Karena Alam semesta diciptakan oleh Tritunggal, maka prinsip satu dan banyak atau kesatuan dan keragaman dari Tritunggal direfleksikan alam semesta ini. Jadi, jika kita mau memahami esensi dari sebuah keberadaan dari sudut pandang universal dan partikularitas, maka jawaban yang memuaskan hanya di dapatkan dalam doktrin Tritunggal.[5] Sehingga Seperti yang diungkapkan dalam Pengakuan Iman Westminster :
3. Di dalam Allah yang esa, terdapat tiga Pribadi, yang adalah satu dalam substansi, kuasa, dan kekekalan; Allah Bapa, Allah Anak, dan Roh Kudus. Bapa bukan berasal dari apa pun, juga bukan berasal dari apa pun, juga bukan diperanakkan oleh siapa pun, juga bukan keluar dari apa pun; Anak diperanakkan dari Bapa sejak kekekalan; Roh Kudus keluar dari Bapa dan Anak sejak kekekalan.
Disini kita akan Pelajari :
· bahwa Allah yang esa ini (seperti terdefinisi) bereksistensi dalam tiga Pribadi yang berbeda
· bahwa setiap Pribadi adalah sepenuhnya Allah (bukan hanya sebagian dari Allah), dan;
· bahwa tiga Pribadi yang setara ini memiliki perbedaan antara Pribadi yang satu dan Pribadi yang lain.[6]
Referensi :
Cornelius van Til, Pengantar Theologi Sistematik, (Surabaya : Momentum. 2015), 399
G. I. Williamson, Pengakuan Iman Westminster, (Surabaya : Momentum, 2017), 40
Muriwali Yanto Matalu, Apologetika Kristen, (Malang :Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2018), 50 - 56
-----
[1] Cornelius van Til, Pengantar Theologi Sistematik, (Surabaya : Momentum. 2015), 399
[2] Muriwali Yanto Matalu, Apologetika Kristen, (Malang :Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2018), 50
[3] Ibid, 52
[4] Ibid, 53
[5] Ibid, 56
[6] G. I. Williamson, Pengakuan Iman Westminster, (Surabaya : Momentum, 2017), 40