Jumat, 03 Juni 2022

Elemen-Elemen dalam Iman

Iman yang benar dan  menyelamatkan adalah iman yang memiliki kedudukan dalam hati dan berakar pada hidup yang telah mengalami kelahiran kembali. Iman ini sendiri pertama-tama bukan merupakan tindakan manusia, akan tetapi suatu potensi yang diberikan oleh Tuhan dalam hati orang berdosa.[1] Sehingga iman itu sendiri adalah benih yang ditanam Tuhan ke dalam diri manusia ketika ia mengalami kelahiran kembali.

Salib
Salib Kristus 
© Foto Oleh Gerd Altmann dari Pixabay / Salib
  

Oleh sebab itu, untuk mengenal lebih dalam mengenai Iman, kita disini akan mempelajari lebih dalam mengenai Elemen-Elemen dalam Iman.

 

Elemen-Elemen di dalam Iman

Dalam membicarakan iman itu sendiri, kita tidak boleh kehilangan pandangan yang pada kenyataan bahwa iman sendiri merupakan tindakan manusia secara keseluruhan, dan bukan hanya sebagian dari manusia. Agar mendapatkan konsep Iman yang tepat,

  1. Pengetahuan (notitia), Iman yang bergantung pada apa yang dapat kita ketahui tentang Allah. Bahkan sangat signifikan bahwa Iman melibatkan aspek pengenalan kita akan Allah itu sendiri. Inilah hidup yang kekal itu. Dan inilah sukacita besar yang Kristus miliki Bersama Bapa-Nya dalam Doa Imam Besar-Nya di Yohanes 17 : 3. Segenap kepercayan yang ultimat sendiri bergantung pada pengetahuan. Kesulitan kita sendiri untuk mengizinkan orang-orang yang sama sekali asing mengambil alih milik kita adalah karena kita tidak cukup mengenal mereka untuk bisa mempercayai mereka! Tetapi pengetahuan yang masuk dalam iman bukanlah semata-mata pengetahuan intelektual, karena pengetahuan sejati dalam Alkitab selalu melibatkan persekutuan pribadi kita dengan Allah.[2]
  2. Emosi (ascensus). Ketika seseorang menerima Yesus dengan iman, ia mempunyai keyakinan yang dalam tentang kebenaran dan realitas dari objek iman, merasakan bahwa semua itu memenuhi kebutuhan penting dalam hidupnya dan akan sadar akan rasa tertarik yang makin dalam terhadap-Nya, dan inilah kepercayaan.[3] Dalam beberapa buku teologi sering disebut percaya kepada Kristus. Inilah inti iman. Meskipun “percaya kepada Kristus.” Bukan pernyataan yang utama dalam Perjanjian Baru, kata-kata ini jelas memusatkan perhatian kita kepada sentral dalam pengajaran Alkitab. Panggilan untuk percaya kepada Kristus ini terus-menerus muncul dalam undangan-Nya untuk mengikuti Dia, dan khususnya dalam “perkataan-Nya yang penuh rahmat.”[4]
  3. Suatu Elemen keputusan / persetujuan. Elemen ini merupakan elemen tertinggi didalam iman. Iman bukan sekedar soal intelektual dan emosi / percaya digabungkan.  Iman juga persoalan kehendak yang menentukan arah dari jiwa, suatu tindakan jiwa yang mengarah kepada objeknya dan memungkinkan semua ini.[5] Walaupun penting untuk memandang persekutuan yang intim dengan Allah sebagai aspek utama dari iman, iman juga melibatkan pengakuan bahwa perkara-perkara tertentu adalah benar dan menyetujuinya secara mental. Percaya kepada Kristus berarti setuju dengan kebenaran tentang Kristus dan mengenal-Nya. Bahkan ada sesuatu pengertian bertentangan dengan kehendak kita, tetapi kita harus tetap menyetujui dan percaya kepada Kristus.[6]

 

Dari ketiga aspek ini sendiri tidak akan dapat dipisahkan dari iman, yakni aspek pengetahuan (knowledge),  persetujuan (assent), dan Kepercayaan (trust). Dimana aspek-aspek ini adalah aspek yang tidak dapat dipisahkan. Meskipun salah satu lebih menonjol daripada aspek-aspek lain. Dan penting untuk kita lihat, keseluruhan pribadi. Bahkan sebenarnya tidak ada yang lebih menentukan kualitas hidup kita daripada iman kita.[7]

 

Sumber Referensi :

Anthony A. Hoekema,  Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya : Momentum, 2017), 186 – 189

Louis Berkhof, Teologi Sistematika 4 : Doktrin Keselamatan, (Surabaya : Momentum, 2010), 200, 204 – 206

Sinclair B. Ferguson, Kehidupan Kristen, (Surabaya : Momentum, 2007),  84 – 85, 87

 

 -----

[1] Louis Berkhof, Teologi Sistematika 4 : Doktrin Keselamatan, (Surabaya : Momentum, 2010), 200

[2] Sinclair B. Ferguson, Kehidupan Kristen, (Surabaya : Momentum, 2007), 84 - 85

[3] Louis Berkhof, Teologi Sistematika 4 : Doktrin Keselamatan, (Surabaya : Momentum, 2010),  204 - 205

[4] Sinclair B. Ferguson, Kehidupan Kristen, (Surabaya : Momentum, 2007),  87

[5] Louis Berkhof, Teologi Sistematika 4 : Doktrin Keselamatan, (Surabaya : Momentum, 2010),  206

[6] Sinclair B. Ferguson, Kehidupan Kristen, (Surabaya : Momentum, 2007), 85

[7] Anthony A. Hoekema,  Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya : Momentum, 2017), 186 - 189

Load comments