Pengertian Providensi
Providensi dapat didefinisikan sebagai “tindakan yang terus menerus berlangsung dari kekuatan ilahi dimana sang Pencipta melindungi semua makhluk-Nya, yang bertindak dalam segala hal yang terjadi di dalam dunia, dan mengarahkan segala sesuatu pada tujuan akhir yang telah ditunjuk.”[1]
![]() |
Pantai © Foto oleh David Mark dari Pixabay / Pantai |
Pemeliharaan Ilahi dan Dosa, Mengapa itu Sulit?
Keterkaitan antara kehendak surga dan dosa-dosa yang dilakukan manusia selalu sulit dipahami. Mengapa hal tersebut sulit dipahami?
Pertama. Kita tidak boleh lupa bahwa pemahaman manusia telah meredup. Kita tidak dapat memahami kehendak, keputusan, dan cara Tuhan.
Kedua. Dosa-dosa yang kita lakukan bukannya tanpa pemeliharan Tuhan: Dia tahu sebelumnya kejahatan apa yang akan dilakukan dan siapa yang akan melakukannya.
Ketiga. Meskipun segala sesuatu telah ditetapkan atau diketahui Allah sebelumnya. Allah tidak bisa berbuat Dosa.
Keempat. Manusialah yang sendiri bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatannya. Walaupun dosa-dosanya diperbuat bukan diluar pemerintahan dan keputusan Allah, manusialah yang berbuat dosa.[2]
Pemeliharaan Allah dan Dosa!
Dalam Insitutes, Calvins berkata bahwa dosa-dosa diperbuat bukan di luar kehendak Allah melainkan dalam pengertian tertentu, dikehendaki oleh-Nya. Namun demikian, Allah tidak memandang kehendak dan dikehendaki sebagai harapan dan diharapkan, tetapi sebagai keputusan kehendak dan penetapan sejak semula.[3]
Pemeliharaan Tuhan juga termasuk dosa; pada akhirnya akan membawa kemuliaan. Dia dimuliakan dalam segala hal (Tuhan membuat segala sesuatu untuk tujuannya masing-masing, bahkan orang fasik dibuat-Nya untuk hari malapetaka [Amsal. 16:4]). Akan tetapi yang terbesar dan terpenting itu semuanya adalah bahwa Dia dimuliakan di dalam keselamatan orang-orang berdosa dan orang-orang jahat.[4]
Dan tindakan manusia yang berdosa itu adalah dosa. Sangkut paut Allah padanya adalah kudus, pertama, karena seluruh pelaku pribadi-Nya dalam menyusun untuk memastikan kejadiannya adalah kudus; dan kedua, tujuannya adalah kudus. Allah tidak menghendaki dosa dari tindakan, demi keberdosaannya; tetapi Allah hanya menghendaki hasil yang olehnya tindakan hanyalah alat, dan bahwa hasilnya adalah selalu berharga bagi kesucian.[5]
Kesimpulan
Meskipun pemeliharaan Allah dan dosa adalah hal yang sangat sulit untuk dimengerti. Sebagian besar mencoba mencari jalan keluar, seperti para teolog Reformed yang tetap menjadikan hal ini sebagai pertanyaan, serta berusaha membedakan antara materia dan forma. Namun tak satupun dari jalan keluar ini yang sepenuhnya akan memuaskan, maka persoalan tentang kaitan antara Allah dan dosa tetaplah merupakan sebuah misteri.[6]
Sumber Pustaka :
G. J. Baan, TULIP, (Surabaya : Momentum, 2009), 41 - 42
Louis Berkhof, Teologi Sistematika 1 : Doktrin Allah, (Surabaya : Momentum, 2021), 314, 331 - 332
----
[1] Louis Berkhof, Teologi Sistematika 1 : Doktrin Allah, (Surabaya : Momentum, 2021), 314
[2] G. J. Baan, TULIP, (Surabaya : Momentum, 2009), 41 - 42
[3] Ibid, 41 - 42
[4] Ibid, 42
[5] Louis Berkhof, Teologi Sistematika 1 : Doktrin Allah, (Surabaya : Momentum, 2021), 331 - 332
[6] Ibid, 332