Banyak dijaman sekarang hidup di dalam kemalasan. Seperti halnya contoh di dalam sebuah website indozone sebagai berikut :
- Menunda Suatu pekerjaan yang akan dikerjakan
- Terdapat gangguan ketika kita bekerja.
- Gaya hidup kita cukup buruk
- Terlalu lelah / Mengalami kelelahan
- Penuh dengan keragu-raguan saat bekerja
- Memiliki Gizi Buruk
- Kurangnya Motivasi dalam bekerja
- Kurang Percaya Diri dalam bekerja
- Tidak Bertanggung Jawab
- Terlalu banyak hal yang harus dilakukan / Memikirkan hal-hal berat.[1]
![]() |
Suasana Kerja © Foto Oleh Free-Photos dari Pixabay / Kantor |
Oleh sebab terjadi 10 alasan yang membuat orang malas yang pada akhirnya mereka lupa yang namanya untuk rajin berkerja. Ini pun merupakan suatu masalah yang sering terjadi di dalam kehidupan kita di dalam orang-orang percaya.
Sumber Masalah ini berasal daripada Dosa
Segala kemalasan ini sendiri berasal daripada kejatuhan Adam ini sendiri. Sehingga kita dapat mendefinisikan kejatuhan Adam di dalam dosa menunjukkan bahwa manusia dalam keadaan lahir dan hidup tanpa Allah di dunia ini, tidak lagi mampu melakukan apa yang baik di dunia. Bahkan manusia pada naturnya sendiri sudah rusak total di dalam dan di luar dirinya.[2]
Semua manusia sudah rusak total; tubuh dan jiwanya sudah dicemari oleh dosa. Roma 3:10-18 menyatakan kerusakan manusia dengan sangat jelas. Oleh sebab itu dengan kemampuannya sendiri tidak mungkin manusia mencapai keselamatan, bahkan untuk menerima anugerah keselamatan Allah yang ditawarkan kepadanya.[3]
Kerusakan total tersebut tidak boleh dimengerti bahwa manusia berdosa adalah rusak secara mutlak. Tetapi harus dimengerti bahwa manusia sudah kehilangan kemampuan moral dan kehendak untuk melakukan yang baik, disebabkan oleh rusaknya pikiran, emosi, kehendak, kesadaran, dan moralnya akibat dosa. Karena itu kerusakan total bisa juga disebut sebagai ketidakmampuan total (total inability).[4]
Penderitaan-penderitaan dalam hidup sebagai akibat masuknya dosa ke dalam dunia juga tercakup dalam hukuman dosa. Bahkan dalam kematian secara rohani, fisik, maupun kematian kekal. Dosa membawa kekacauan dalam seluruh hidup manusia. Baik itu sakit penyakit, kenyamanan, persoalan, tekanan-tekanan, hilangnya sukacita hidup, tidak bisa melaksanakan tugas sepenuhnya, kehancuran kemampuan mental, konflik pemikiran, nafsu, dan keinginan yang terus menerus.[5]
Kita Perlu Kristus
Dasar kita harus rajin ini sendiri adalah Kristus. Kita benar-benar harus merenungkan hidup kita yang telah berdosa ini. Kita perlu sang juru selamat. Sang Kristus yang telah menebus Hidup kita. Seperti ungkapkan seorang Apologetika seorang Petrus di depan para Mahkamah Agama Yerusalem. Khususnya di dalam Kisah Para Rasul 4 : 8-12. Serta pernyataan yang sangat dikenal di benak penulis “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan. " (Ay. 12).
Sehingga dalam perenungan Firman Tuhan kali ini sebagai implikasi kehidupan yang telah ditebus oleh Kristus antara lain adalah dalam 2 Tesalonika 3 : 1 – 15 :
2 Tesalonika 3 : 1 Selanjutnya, saudara-saudara, berdoalah untuk kami, supaya firman Tuhan beroleh kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi di antara kamu,
2 Tesalonika 3 : 2 dan supaya kami terlepas dari para pengacau dan orang-orang jahat, sebab bukan semua orang beroleh iman.
2 Tesalonika 3 : 3 Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat.
2 Tesalonika 3 : 4 Dan kami percaya dalam Tuhan, bahwa apa yang kami pesankan kepadamu, kamu lakukan dan akan kamu lakukan.
2 Tesalonika 3: 5 Kiranya Tuhan tetap menujukan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus.
2 Tesalonika 3 : 6 Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami.
2 Tesalonika 3 : 7 Sebab kamu sendiri tahu, bagaimana kamu harus mengikuti teladan kami, karena kami tidak lalai bekerja di antara kamu,
2 Tesalonika 3 : 8 dan tidak makan roti orang dengan percuma, tetapi kami berusaha dan berjerih payah siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun di antara kamu.
2 Tesalonika 3 : 9 Bukan karena kami tidak berhak untuk itu, melainkan karena kami mau menjadikan diri kami teladan bagi kamu, supaya kamu ikuti.
2 Tesalonika 3 : 10 Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan
2 Tesalonika 3 : 11 Kami katakan ini karena kami dengar, bahwa ada orang yang tidak tertib hidupnya dan tidak bekerja, melainkan sibuk dengan hal-hal yang tidak berguna.
2 Tesalonika 3 : 12 Orang-orang yang demikian kami peringati dan nasihati dalam Tuhan Yesus Kristus, supaya mereka tetap tenang melakukan pekerjaannya dan dengan demikian makan makanannya sendiri.
2 Tesalonika 3 : 13 Dan kamu, saudara-saudara, janganlah jemu-jemu berbuat apa yang baik.
2 Tesalonika 3 : 14 Jika ada orang yang tidak mau mendengarkan apa yang kami katakan dalam surat ini, tandailah dia dan jangan bergaul dengan dia, supaya ia menjadi malu,
2 Tesalonika 3 : 15 tetapi janganlah anggap dia sebagai musuh, tetapi tegorlah dia sebagai seorang saudara.
Latar Belakang 2 Tesalonika 3 : 1 - 15
Gereja telah mengalami penganiayaan oleh warga sebangsanya. Tak ada penjelasan bahwa saat itu gereja tersebut dianiaya, tetapi kita harus terbuka pada kemungkinan persekongkolan lebih lanjut. Ketika Paulus tiba di Tesalonika ia datang dari suatu penganiayaan di Filipi. (1 Tes 2: 1 - 2), dan pada kunjungnya yang pertama itu, lalu ia berbicara kepada orang-orang Tesalonika mengenai kesukaran-kesukaran yang menantikan mereka (1 Tes 3: 3 - 4). Karena itu hubungan gereja dengan lingkungannya bukannya tanpa ketegangan, dan para anggota harus menjaga supaya mereka tidak menjadi penyebab timbulnya permusuhan (1 Tes 4:12).[6]
Disinilah kita memahami seluruh situasinya, Jemaat dibingungkan oleh para fanatik eskatologis yang ada di dari orang-porang Gnostik karena menegaskan kalau hari Tuhan telah tiba. Tetapi yang terjadi kita tidak tahu kapan terjadinya Hari Tuhan / Pemenuhan itu terjadi. Tetapi dalam hal ini, Paulus hanya memberikan “jadwal” dan pemenuhan pertama ini harus terpenuhi dahulu.[7]
Situasi ini diperparah dengan cara hidup dari bidat Gnostik, yakni bermalas-malasan dan tidak tertib, yang diserang dalam 3:6-16. Ada dua akibat etis yang mungkin dari cara berpikir orang gnostik, Yang muncul dari kenyataaan bahwa Gnostik yang menilai diri telah disempurnakan dalam roh, tak lagi memperhatikan sarx (daging). Hal ini jelas membawa entah kepada pertarakan atau (lebih sering, dan jelas juga terjadi dalam kesempatan saat ini) kepada libertinisme (sikap yang tidak mau dibatasi kebebasannya).[8]
Dalam 2 Tesalonika, Paulus mengejar tujuan dasar yang sama, dengan fokusnya terutama pada masalah-masalah yang disebabkan oleh pecahnya penganiayaan baru. Dia menempatkan penganiayaan Tesalonika ke dalam perspektif eskatologis (Pasal 1) dan membahas dua masalah yang keduanya mungkin muncul karena penderitaan orang Tesalonika: gagasan keliru mereka bahwa hari Tuhan telah tiba (2:1-12), dan kecenderungan untuk bermalas-malasan (3:6-15).[9]
Apakah yang kita dapatkan dari 2 Tesalonika 3: 1 – 15?
Menurut Penulis, setidaknya kita akan mendapatkan 3 poin utama dalam pembacaan Firman Tuhan dan renungan Etika Kerja ini. Antara lain :
- Tetap Berdoa dan Saling Mendoakan (2 Tesalonika 3 : 1 -5)
- Jangan Malas Bekerja (2 Tesalonika 3 : 6 - 12)
- Jangan Jemu-Jemu Berbuat Baik dan Saling Mengingatkan (2 Tesalonika 3 : 13 - 15).
Tetap Berdoa dan Saling Mendoakan (2 Tesalonika 3 : 1 -5)
Doa yang benar harus muncul dari hati. Karena itu, hal pertama yang perlu kita sadari adalah bahwa doa yang benar adalah masalah hati. Allah lebih tertarik pada isi hati kita. Sebab Alkitab berkata “Kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa. “ (Roma. 8:26).[10]
Dalam Etika Kerja, menuntut diri kita untuk hidup saling mendoakan antar sesama. Kita perlu saling mendoakan akan sesama kita. Kita bersyukur bahwa pasal 1 dalam surat 2 Tesalonika ini diawali dengan rasa syukur dan berdoa. Demikian kita juga saling mendoakan akan sesama kita yang sedang mengalami masalah. Kita perlu benar-benar mendoakan antar sesama kita. Kita perlu mendasari doa kita di dalam hati kita. Perlu kita kejar untuk saling mendoakan dan kita perlu saling mengenal dan mendoakan.
Jangan Malas Bekerja (2 Tesalonika 3 : 6 - 12)
Orang Kristen pada umumnya adalah orang-orang yang sangat rajin. Orang-orang yang memiliki kekuasaan dan keistimewaannya kalau mereka ini adalah orang-orang rajin. Orang Kristen harus bisa membawa kerajinan di dalam kehidupan dan membawa kasih Kristus melalui pekerjaan. Sehingga kita bisa memuliakan Allah di dalam kehidupan kita.
Seperti di dalam keterkaitan di dalam kitab Amsal.
“Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa.” – Amsal 12:24
“Orang malas tidak akan menangkap buruannya, tetapi orang rajin akan memperoleh harta yang berharga. “ – Amsal 12:27
Disini kita melihat bahwa orang yang kerja keras dan rajin ini adalah lawan dari orang yang malas. Jika kita melihat bagaimana implikasi dari orang rajin ini, maka dapat disimpulkan bahwa orang rajin ini akan memperoleh kekuasaan dan tanggung jawab yang sangat besar di dalam kehidupan mereka.
Jangan Jemu-Jemu Berbuat Baik dan Saling Mengingatkan (2 Tesalonika 3 : 13 - 15)
Kita kembali lagi kepada pernyataan latar belakang dari surat ini, yakni 2 Tesalonika sendiri berbicara mengenai persaudaraan di dalam Tuhan. Sebab kita telah diingatkan kepada saudara kita bahwa hidup tidak boleh bermalas-malasan seperti orang gnostik yang telah sesat hidup mereka. Mereka tidak ingin bekerja sungguh-sungguh malah mereka tidak memanjakan tubuh ini.
Situasi ini diperparah dengan cara hidup dari bidat Gnostik, yakni bermalas-malasan dan tidak tertib, yang diserang dalam 3:6-16. Ada dua akibat etis yang mungkin dari cara berpikir orang gnostik, Yang muncul dari kenyataaan bahwa Gnostik yang menilai diri telah disempurnakan dalam roh, tak lagi memperhatikan sarx (daging). Hal ini jelas membawa entah kepada pertarakan atau (lebih sering, dan jelas juga terjadi dalam kesempatan saat ini) kepada libertinisme (sikap yang tidak mau dibatasi kebebasannya).[11]
Sehingga dalam hal ini, kita ini hidup di dalam persaudaraan, kita harus mengingatkan mereka untuk hidup di dalam persaudaraan seiman. Perlu kita bandingkan di dalam Kolose 3 dan Efesus 5. Dimana disitu menjelaskan mengenai peran-peran di dalam keluarga. Dan keluargalah yang menjadi dasar dari kehidupan bermasyarakat dan kehidupan persaudaraan Kristen. Sehingga dalam hal ini, kita tidak boleh jemu-jemu berbuat baik untuk menyalurkan kebaikan kepada sesama.
Kesimpulan
Setidaknya di dalam Renungan Etika Kerja. Setidaknya kita bisa belajar 3 bagian yang perlu kita miliki dan kita tegaskan di dalam renungan etika kerja, antara lain :
- Tetap Berdoa dan Saling Mendoakan (2 Tesalonika 3 : 1 -5)
- Jangan Malas Bekerja (2 Tesalonika 3 : 6 - 12)
- Jangan Jemu-Jemu Berbuat Baik dan Saling Mengingatkan (2 Tesalonika 3 : 13 - 15).
Sumber Referensi :
D. A Carson, dan Douglas J. Moo, An Introduction to the New Testament. (Grand Rapids, Michigan : Zondervan. 2005), 546
G J Baan, TULIP, (Surabaya: Momentum, 2009), 1
G. I. Williamson, Katekismus Singkat Westminster 2, (Surabaya : Momentum, 2021), 177
Louis Berkhof, Teologi Sistematika 2 : Doktrin Manusia, (Surabaya : Momentum, 2015), 173
Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang : Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2017), 271
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2008), 26, 33
Indozone, 2020, “'Kenapa Aku Malas?, Inilah 10 Penyebab Utama Rasa Malas pada Diri” https://www.indozone.id/life/Z8se7qq/kenapa-aku-malas-inilah-10-penyebab-utama-rasa-malas-pada-diri/read-all
----
[1] Indozone, 2020, “'Kenapa Aku Malas?', Inilah 10 Penyebab Utama Rasa Malas pada Diri” https://www.indozone.id/life/Z8se7qq/kenapa-aku-malas-inilah-10-penyebab-utama-rasa-malas-pada-diri/read-all
[2] G J Baan, TULIP, (Surabaya: Momentum, 2009), 1
[3] Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang : Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2017), 271
[4] Ibid, 271
[5] Louis Berkhof, Teologi Sistematika 2 : Doktrin Manusia, (Surabaya : Momentum, 2015), 173
[6] Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2008), 26
[7] Ibid, 33
[8] Ibid, 33
[9] D. A Carson, dan Douglas J. Moo, An Introduction to the New Testament. (Grand Rapids, Michigan : Zondervan. 2005), 546
[10] G. I. Williamson, Katekismus Singkat Westminster 2, (Surabaya : Momentum, 2021), 177
[11] Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2008), 33