Selasa, 18 Januari 2022

Soteriologi Reformed

Melalui Ketaatan-Nya yang mutlak kepada Bapa dan penderitaan, kematian, dan kebangkitan-Nya. Tuhan kita Yesus Kristus menghasilkan bagi kita keselamatan dari dosa dan dari semua akibat dosa kita itu. Tetapi karya keselamatan Kristus ini tidak akan memberi manfaat apapun kepada kita sampai karya itu diterapkan ke dalam hati dan kehidupan kita oleh Roh Kudus.[1]

Penebusan Kristus
Orang Kristen Siap Memikul Salib
© Foto Oleh Gerd Altmann dari Pixabay / Salib
 

Istilah Soteriologi

Studi mengenai penerapan karya penebusan dalam diri umat Allah ini disebut Soteriologi, yang berasal dari dua kata Yunani, soteria dan logos, yang berarti “doktrin keselamatan.”[2]


Kepentingan Memahami Soteriologi

Soteriologi berkaitan dengan pelimpahan berkat keselamatan kepada orang berdosa dan pembaruan yang dialaminya berkenaan dengan kehendak Ilahi agar mereka dapat menikmati hidup dalam persekutuan yang intim dengan Allah. Soteriologi memberikan presuposisi pengetahuan tentang Allah sebagai sumber tertinggi kehidupan, kekuatan, dan kebahagiaan umat manusia, dan juga ketergantungan manusia sepenuhnya kepada Dia untuk sekarang dan yang akan datang.[3]


Karena berkaitan dengan pemulihan, pembaruan, dan penebusan, maka soteriologi hanya dapat dipahami dengan tepat berdasarkan keadaan manusia yang semula sebagaimana diciptakan menurut gambar dan rupa Allah dan gangguan yang kemudian terjadi dalam hubungan antara manusia dan Allah oleh karena masuknya dosa ke dalam dunia. lebih dari itu, karena Soteriologi melihat bahwa keselamatan bagi orang berdosa sepenuhnya tergantung pada karya Allah yang diketahui oleh Allah sejak kekekalan. Soteriologi timbul dari asumsi bahwa karya Kristus sebagai Pengantara dalam penebusan sudah sempurna.[4]


Oleh sebab itu, lebih baik kita katakan bahwa Soteriologi berkaitan dengan “Penerapan karya penebusan dari karya penebusan” dari pada mengatkana bahwa Soteriologi adalah “pemakaian keselamatan”.[5]


Penekanan-Penekanan Soteriologi Reformed

Berikut ini, beberapa penekanan-penekanan dalam soteriologi Reformed seperti yang diungkapkan oleh Hoekema[6], antara lain :


  1. Faktor utama yang menentukan adalah kedaulatan Allah. Ini bukanlah keputusan orang yang bersangkutan, walaupun keputusan manusia itu memainkan peranan yang signifikan dalam proses tersebut.
  2. Penerapan keselamatan kepada umat Allah berakar di dalam ketetapan kekal (eternal decree) Allah, di mana berdasarkan itu Ia telah memilih umat-Nya dan beroleh hidup yang kekal, bukan berdasarkan kebaikan manusia. Akan tetapi kerelaan kehendak-Nya
  3. Walaupun semua orang yang telah mendengar berita Injil diundang untuk menerima Kristus dan keselamatan-Nya, dan dengan sungguh-sungguh dipanggil untuk menerimanya, tetapi Anugerah Allah yang menyelamatkan dalam arti yang sebenarnya tidak bersifat universal, melainkan partikuler (tertentu). Yaitu hanya dikaruniakan kepada orang tertentu saja, khususnya kaum pilihan Allah.
  4. Karena itu, anugerah keselamatan Allah bersifat efektif dan tidak akan hilang. Allah tidak akan membiarkan kaum pilihan-Nya kehilangan keselamatan mereka. Karena itu, jaminan rohani orang-orang percaya tergantung terutama pada pegangan Allah terhadap mereka (kaum pilihan).
  5. Walaupun penerapan keselamatan dalam diri umat Allah meliputi berbagai aspek kehendak dan karya manusia – selain regenerasi dalam pengertian sempit – akan tetapi penerapan ini adalah karya Roh Kudus.


Sehingga penekanan-penekanan khusus ini membentuk soteriologi Reformed di dalam seluruh alur pemikirannya. Sementara penekanan kedaulatan Allah di dalam penerapan keselamatan, teologi Reformed tidak menyangkal tanggung jawab manusia di dalam proses keselamatan.[7]


Daftar Pustaka :

Anthony A. Hoekema, Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya : Momentum, 2017), 1 - 2

Louis Berkhof, Sistematika Teologi 4 : Doktrin Keselamatan, (Surabaya : Momentum, 2010), 5 - 6


-----

[1] Anthony A. Hoekema, Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya : Momentum, 2017), 1

[2] Ibid, 1

[3] Louis Berkhof, Sistematika Teologi 4 : Doktrin Keselamatan, (Surabaya : Momentum, 2010), 5

[4] Ibid, 6

[5] Ibid, 6

[6] Anthony A. Hoekema, op cit, 2

[7] Anthony A. Hoekema, op cit, 2

Load comments