Jumat, 04 Februari 2022

Ciri Khas dan Tujuan-Tujuan dalam Panggilan Efektif

Salah satu gambaran dengan satu kata tentang orang Kristen yang paling sering dipakai di Perjanjian Baru adalah bahwa orang Kristen adalah orang yang “Dipanggil” Orang-orang percaya di Roma (Rm. 1:6-7); Korintus (1.1:2); Galatia (Gal. 1:6), Efesus (Ef. 4:1, 4); Filipi (Flp. 3:13-14); Kolose (Kol. 3:15); Tesalonika (2 Tes. 1 :11), semuanya adalah “orang-orang yang dipanggil.” Dan dalam tiap peristiwa jelas bahwa panggilan Allah mencapai tujuannya. Jelas pengertian inilah Paulus menggunakan istilah “dipanggil” dalam mata rantai karya keselamatan yang agung di dalam Roma 8:28.[1]

Salib
Manusia tidak Mampu Menolak
Anugerah Allah
© Foto Oleh Gerd Altmann dari Pixabay / Salib
 

Setidaknya kita bisa melihat dalam tiga sudut pandang yang sangat penting, antara lain :

  • Dipanggil oleh Bapa. Ada banyak dalam Perjanjian Baru yang menunjukkan bahwa sumber dari Undangan kepada kita untuk menjadi Kristen adalah ada pada Bapa.  Ini Berarti bahwa Bapa yang penuh kasih mengundang kita untuk datang kepada-Nya. Ayat-ayat seperti Roma 1:6-7, 8 : 28; 1 Korintus. 1:2 ; 24; Ibrani 9:15; Yudas 1 semuanya itu menunjukkan bahwa Allah sebagai Bapa dari Yesus Kristus adalah Sang Pengundang yang Adung. Dia yang mengasihi kita, memanggil kita, menyelamatkan kita sepasti yang dilakukan Tuhan kita Yesus Kristus.[2]

  • Dipanggil di dalam Kuasa Roh Kudus. Panggilan Allah merupakan demonstrasi Kuasa-Nya yang mahabesar. Kesadaran tentang otoritas Ilahi itu terasa di dalam perkataan Paulus dalam Roma 8:30 dengan irama yang kuat langkah Allah senantiasa menggenapi rencana-Nya. Di dalam kuasa Roh Kudus, kita dipanggil keluar dari kegelapan kepada terang (1 Pt. 2:9), dan dilepaskan dari kerajaan dan pemerintahan kuasa kegelapan. (Kol. 1:13). Kita pun juga dipanggil keluar dari kematian dan menuju kehidupan, seperti yang dinyatakan Tuhan kita, saatnya sudah tiba ketika orang-orang mati (secara rohani) mendengar suara-Nya (Yoh. 5:25). [3]

  • Dipanggil oleh Anugerah Kepada Kekudusan dan Sorga. Panggilan Allah merupakan anugerah dalam pengertian bahwa panggilan itu menunjukkan kepada kita betapa penuh anugerahnya Allah. Tetapi panggilan itu juga anugerah dalam pengertian bahwa itu sama sekali tidak mempertimbangkan jasa perbuatan kita, dan memang kita tidak layak menerimanya. Dipanggil ini berarti menjadi penerima anugerah (2 Tim. 1:9). Dalam hal ini, arahnya, panggilan ilahi itu bersifat sorgawi. Kita berbagian dalam panggilan sorgawi (Ibr. 3:1). Serta ini adalah “pengharapan yang terkandung dalam panggilan-Nya” (Ef. 1:18), di mana kita sudah mulai berbagian sekarang (Ef. 4:4). Kita dipanggil untuk masuk ke dalam kerajaan dan kemuliaan Allah (2 Te. 2:14) dan diberi kepastian bahwa “Allah, sumber segala kasih karunia yang telah memanggil kamu dengan Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan ... meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, ...” (2 Ptr. 5:10).[4]


Ciri Khas Panggilan Efektif

Panggilan Efektif ini sendiri memiliki ciri khas yang sangat penting untuk kita pahami dengan mudah. Setidaknya beberapa ciri khas yang dimiliki oleh Panggilan Efektif sebagai berikut :

  • Panggilan efektif / internal ini sendiri bekerja melalui bisikan dalam hati yang sangat lembut ditambah dengan kekuatan kuasa Roh Kudus. Firman Tuhan bekerja secara kreatif, atau melalui bisikan yang lembut dan tidak memaksa. Tidak diragukan lagi bahwa memang firman Tuhan kadang-kadang bekerja secara kreatif, Kej. 1:3; Mzm. 33:6,9; 147:15; Rom. 4:17/. Akan tetapi ayat-ayat tersebut menunjuk kepada kuasa Tuhan, dan perintah Allah yang otoritatif, bukan menunjuk kepada khotbah yang sedang kita bicarakan sekarang, akan tetapi Roh Allah bekerja melalui pemberitaan Firman Tuhan hanya melalui cara yang lembut serta bisikan hati yang sangat halus, memungkinkan bisikan yang halus itu menjadi efektif. Sehingga manusia akan mau mendengarkan Firman Tuhan.[5]

  • Panggilan Internal ini bekerja dalam kehidupan sadar manusia. Jika kata-kata dalam khotbah tidak bekerja secara efektif, maka hanya dengan cara bisikan yang halus saja di dalam hati, maka berarti panggilan itu hanya akan terjadi dalam kehidupan sadar manusia. Panggilan itu akan menggerakan pemahaman manusia, yang dipenuhi dengan pengertian spiritual menuju kepada kebenaran, dan melalui pemahaman mempengaruhi kehendak manusia secara efektif, sehingga orang berdosa kembali kepada Allah dan menuju kepada pertobatan.[6]

  • Panggilan ini bersifat teologis. Panggilan ini sendiri bersifat teologis, yaitu memanggil manusia menuju satu tujuan yang pasti pasti pada satu sasaran besar ke mana Roh Kudus memimpin sampai pada akhirnya. (1 Kor. 1:9; 1 Pet. 3:9; Gal. 5:13; 1 Kor. 7:15; 1 Tes. 4:7; Ef. 4:4; 1 Tim. 6:12, dan 1 Tes. 2:12).[7]


Tujuan dari Panggilan Efektif

Kata terakhir dalam definisi di atas, ketaatan menunjukkan aspek lain dari panggilan efektif, yakni panggilan ini diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu. Hal ini sangat berimplikasi dalam konsep panggilan : kita dipanggil kepada sesuatu, kepada suatu akhir atau tujuan.[8]

  • Kita dipanggil ke dalam persekutuan dengan Yesus Kristus. (1 Kor. 1:9). Kita dipanggil kepada hidup yang kekal(1 Tim. 6:12), kepada Kerajaan dan kemuliaan Allah (1 Tes. 2:12); dan kepada hidup yang kudus. (1 Tes. 4:7; lih. 2 Tim. 1:9). Kita dipanggil untuk memenangkan hadiah : “ berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” (Flp. 3:14). [9]

  • Panggilan Efektif memanggil kita kepada jenis kehidupan yang lain, kehidupan yang berbeda yang memisahkan kita secara moral dan rohani dari dunia yang Jahat ini. (Ef. 4:1).[10]

  • Sehingga Panggilan ini, kita menjalani kehidupan yang melibatkan ketekunan hidup kita. Walaupun panggilan efektif ini merupakan buah dari anugerah Allah yang berdaulat, ia juga menuntut tanggung jawab kita sepenuhnya.[11]


Sehingga Panggilan Efektif ini adalah satu bagian terpenting dalam kehidupan orang-orang percaya untuk mengenal kasih Allah dan akhirnya hidup di dalam pertobatan dan kekudusan.


Daftar Pustaka : 

Anthony A. Hoekema, Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya : Momentum, 2017), 112 - 113

Louis Berkhof, Teologi Sistematika 4 : Doktrin Keselamatan, (Surabaya : Momentum, 2010), 127 - 129

Sinclair B. Ferguson, Kehidupan Kristen, (Surabaya : Momentum, 2007), 43 - 47


---

[1] Sinclair B. Ferguson, Kehidupan Kristen, (Surabaya : Momentum, 2007), 43

[2] Ibid, 44

[3] Ibid, 45

[4] Ibid, 46 - 47

[5] Louis Berkhof, Teologi Sistematika 4 : Doktrin Keselamatan, (Surabaya : Momentum, 2010), 127-128

[6] Ibid, 128

[7] Ibid, 128 - 129

[8] Anthony A. Hoekema, Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya : Momentum, 2017), 112

[9] Ibid, 112

[10] Ibid, 112 - 113

[11] Ibid, 113

Load comments