Selasa, 08 Maret 2022

Konversi dalam Soteriologi

Karya Allah yang begitu luar biasa, khususnya karya Allah di dalam keselamatan hidup manusia. Ketika kita telah mempelajari panggilan Efektif dan lahir baru, maka kita mempelajari karya Allah yang sungguh luar biasa, yakni Konversi : iman dan pertobatan. Dimana dalam karya konversi ini sendiri terdapat iman dan pertobatan. Sebuah karya Allah dan manusia, akan tetapi penyebab utama dalam konversi ini adalah sang Allah.

Salib
Manusia kembali kepada Kristus
© Foto Oleh Gerd Altmann dari Pixabay / Salib
  

Definisi dari Konversi

Secara singkat ,bahwa konversi dapat didefinisikan sebagai tindakan secara sadar oleh seseorang yang telah mengalami regenerasi dimana dia berpaling kepada Allah di dalam pertobatan dan iman.[1] Kelahiran baru tidak dapat dipisahkan dari efek-efeknya. Salah satu efek adalah iman, dan yang lain adalah pertobatan. Kelahiran baru adalah pembaruan hati atau pikiran dan kepribadian yang baru ini harus dan pasti bertindak menurut naturnya. Dalam iman dan pertobatan, kita mulai melihat bagaimana ciptaan baru mulai menyatakan dirinya. Demikian juga harus ditekankan bahwa pertobatan dan iman merupakan tindakan dari orang berdosa semata, sebagaimana kelahiran baru merupakan tindakan Allah. Allah yang melahirbarukan, dan orang berdosa bertobat dan percaya.[2]


Konversi sejati merupakan hal yang kompleks. Hal ini mencakup seluruh transformasi menyeluruh pada hati dan pikiran, dan kepribadian seorang manusia. Seperti larva yang bermetamorfosis menjadi seekor kupu-kupu yang indah, maka seorang berdosa menjadi seorang kudus melalui pembaruan pikiran-Nya (Rm. 12:2). Karena manusia dijadikan menurut gambar Allah, terdapat keberagaman di dalam kesatuan pribadinya. Dia memiliki kemampuan rasio, afeksi, dan kehendak. Dia bisa berpikir atau menggunakan rasionya. Dia bisa merasakan keinginan yang mendalam. Dan dia bisa menentukan pilihan diantara berbagai alternatif. Dan konversi yang sejati adalah konversi yang total mencakup semuanya di dalam kesatuan dan keberagamannya.[3]


Konversi merupakan karya Allah dan juga karya manusia. Dimana penyebab utama kita konversi adalah Allah harus melakukan konversi atas diri kita; tetapi kita juga harus berbalik kepada-Nya; dan kedua hal ini adalah benar. Kita tidak boleh mencampakkan sisi manapun dari paradoks ini. Maka seorang pengkhotbah, penginjil, dan pengajar  dengan sungguh-sungguh dan bersemangat mendesak pendengar untuk dikonversi, dengan mempercayai bahwa Allah akan memampukan mereka untuk melakukannya. Dan ketika konversi benar-benar terjadi, maka kita harus memberikan pujian bagi mereka.[4]


Unsur-Unsur dalam Konversi

Dalam pengertian yang penuh, maka konversi seharusnya mencakup unsur-unsur sebagai berikut :

  1. Iluminasi pada pikiran di mana dosa dikenali dalam pengertian yang sesungguhnya, sebagai perilaku yang tidak diperkenan oleh Allah;
  2. Penyesalan yang sungguh atau dosa, bukan sekedar kesedihan karena akibat dosa yang pahit;
  3. Pengakuan akan kerendahan hati akan dosa, baik kepada Allah maupun kepada sesama yang dilukai karena dosa kita;
  4. Membenci dosa, yang mencakup keputusan yang tegas untuk meninggalkannya;
  5. Kembali kepada Allah yang adalah Bapa yang penuh rahmat di dalam Kristus, dalam iman bahwa Dia dapat dan mengampuni dosa kita;
  6. Sukacita yang penuh di dalam Allah melalui Kristus;
  7. Kasih yang murni kepada Allah dan sesama beserta kesukaannya di dalam melayani Tuhan.[5]


Aspek-Aspek dalam Perubahan Konversi

Pertobatan dan iman merupakan kedua aspek dari transformasi total jiwa. Pertobatan menunjukkan aspek perubahan dimana jiwa berpaling dari dosa dan membenci yang sungguh-sungguh terhadap dosa. Iman menunjukkan aspek perubahan dimana jiwa berpaling kepada Kristus dan mengalami keterikatan yang kuat dengannya. Kedua fase perubahan ini mencakup kepribadian secara utuh – rasio, afeksi dan kehendak.[6]


Karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya (Rm. 1:16). Perubahan yang sangat substansial terjadi dalam tiga area hidup : Iman, Kasih, dan Pengharapan. Ketiganya muncul saat Paulus menulis kepada jemaat Kolose, “Kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihMu, terhadap semua orang kudus, dan oleh pengharapan yang disediakan abgi kamu di sorga.” (Kol. 1:4-5). Iman dalam Kristus. Kasih kepada orang percaya lain. Pengharapan terhadap Surga. Dimana Injil membuat kita hidup dengan orientasi tidak pada diri sendiri, tapi pada sesuatu yang di luar kehidupan kita. [7]


Dan dalam konversi, kita berusaha untuk hidup semakin lebih berpusatkan diri kita kepada Allah. Melalui Konvensi ini, kita di dalam pikiran perasaan, dan kehendak kita untuk berpaling kepada Kristus.


Sumber Referensi :

Anthony A. Hoekema, Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya : Momentum, 2017), 148 - 151

G. I. Williamson, Pengakuan Iman Westminster, (Surabaya : Momentum, 2017), 149

Sen Sendjaya, Menghidupi Injil dan Menginjili Hidup, (Surabaya: Literatur Perkantas jawa Timur, 2021), 108



------

[1] Anthony A. Hoekema, Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya : Momentum, 2017), 148

[2] G. I. Williamson, Pengakuan Iman Westminster, (Surabaya : Momentum, 2017), 149

[3] Ibid, 149

[4] Anthony, op cit, 150-151

[5] Anthony, op cit, 148

[6] G. I. Williamson, Pengakuan Iman Westminster, (Surabaya : Momentum, 2017), 149

[7] Sen Sendjaya, Menghidupi Injil dan Menginjili Hidup, (Surabaya: Literatur Perkantas jawa Timur, 2021), 108

Load comments