Minggu, 27 Maret 2022

Konversi : Iman dan Pertobatan

Konversi merupakan karya Allah dan juga karya manusia. Dimana penyebab utama kita konversi adalah Allah harus melakukan konversi atas diri kita; tetapi kita juga harus berbalik kepada-Nya; dan kedua hal ini adalah benar. Kita tidak boleh mencampakkan sisi manapun dari paradoks ini. [1] Oleh sebab itu, di dalam konversi ini sendiri, kita akan mempelajari mengenai Iman dan Pertobatan.

Penebusan Kristus
Pengikut Kristius Memikul Salib
© Foto Oleh Gerd Altmann dari Pixabay / Salib
   

Apakah itu Konversi?

Konversi sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu revolusi yang sepenuhnya di dalam akal budi (atau hati, atau jiwa), manusia yang sepenuhnya dialam seorang manusia berdosa berpaling dari semua sikap memegahkan diri serta keyakinannya pada dirinya sendiri untuk kemudian beriman di dalam Kristus saja untuk keselamatannya.[2]


Di dalam konversi sendiri setidaknya ada aspek di dalam transformasi total Jiwa. Yaitu Pertobatan dan Iman. Pertobatan menunjukkan aspek perubahan di mana jiwa berpaling dari dosa dan menjadi kebencian yang sungguh-sungguh terhadap dosa. Iman menunjukkan aspek perubahan di mana jiwa berpaling kepada Kristus dan mengalami keterikatan yang kuat dengan-Nya Dan Kedua aspek ini sendiri menunjukkan kepada kepribadian secara utuh – rasio, afeksi, dan kehendak.[3]


Setidaknya Konversi sendiri dapat dideskripsikan secara sederhana sebagai berikut :

(1) Pertama adalah adanya suatu terang yang masuk menerangi jiwa. Manusia berdosa yang tadinya mati (namun saat ini telah terlebih dulu dilahirkan oleh Roh Kudus) telah dimampukan untuk menerima kebenaran. Ia menjadi mampu memahami Injil.

(2) Kedua adalah kobaran yang memenuhi jiwa. Kita menggunakan ungkapan ini untuk menunjuk fakta bahwa seorang manusia yang telah dilahirbarukan tidak mungkin menerima pengetahuan akan kebenaran tanpa sekaligus merasakan suatu keinsafan pribadi akan dosanya, serta kebutuhannya akan Kristus sebagai Juruselamatnya.

(3) Adanya suatu kuasa yang memasuki jiwa. Ketika manusia telah mampu melihat kebenaran mengenai kebutuhan pribadinya, serta melihat kuasa Kristus dalam memenuhi kebutuhan tersebut – dan ketika ia telah mampu menyadari betapa berdaya dirinya tanpa Kristus- maka itu berarti Injil menuntut tindakan![4]

 

Penyebab Utama Konversi

Penyebab utama konversi adalah karya Allah itu sendiri. Dan konversi adalah bukti dari kelihatan dari regenerasi, hidup baru yang ditanamkan pada saat regenerasi hanya dapat terus bereksistensi di dalam ketergantungan pada Allah. Kita tidak dapat mempertahankan hidup baru itu dengan kekuatan kita sendiri. Kita perlu terus menerus dikuatkan dengan kuasa melalui Roh Allah di dalam kebenaran rohani kita.(Ef. 3:13).


Bukti-bukti bahwa Allah memampukan mereka kembali ada di dalam beberapa ayat, seperti Ratapan 5:21; bandingkan Yer. 31:18m Yoh. 15:5, dan Fil. 1:6.  Dan dalam karya ini, sudah pasti Allah yang berdaulat yang mencakup pula konversi yang kita alami. Sebagaimana yang akan kita tunjukkan baik pertobatan maupun iman adalah dua aspek di dalam konversi adalah karunia Allah.[5]


Bahkan seorang Cornelius Plantinga menjelaskan bahwa Allah merupakan penyebab dari konversi yang kita alami :

Tetapi “penyebab” merupakan kata yang begitu dingin yang menunjukkan pemaksaan secara mekanis terhadap seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak ingin dia lakukan. Padahal situasi yang sebenarnya sungguh jauh lebih kompleks, misterius, dan eksistensial. Orang-orang, sebagaimana yang mereka lihat nanti, digerakkan, ditarik, dibujuk oleh Allah. Mereka “dikejar-kejar oleh anjing pemburu dari surga.” Tetapi sementara mereka menjalani proses konversi, gerakan-gerakan Allah sebagian besar mungkin tersembunyi di balik kejadian-kejadian yang tampaknya “natural.”.[6]

 

Konversi di dalam Alkitab

Konversi adalah karya Allah dan Manusia sendiri telah diungkapkan di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Seperti apa yang digambarkan oleh Abraham Kuyper menunjukkan akan hal ini, Di dalam perjanjian Lama, konversi memakai kata Shubh, yang mempunyai makna “berpaling” dipakai sebanyak 74 sebagai deskripsi bagi tindakan manusia untuk berbalik  kepada Allah, dan hanya 5 kali menunjukkan konversi sebagai perbuatan Allah; Kuyper juga mengamati bahwa di dalam Perjanjian Baru,, kata untuk konversi dipakai 26 kali untuk menunjukkan sebagai aktivitas manusia, dan hanya 2 atau 3 kali mendeskripsikan konversi sebagai karya Allah.[7]


Sehingga Konversi, terlebih penting adalah konversi yang sejati adalah bagian terpenting dalam kehidupan manusia agar mereka kembali kepada Allah. Sehingga konversi yang terpenting adalah membawa orang untuk mengenal kasih Allah dan berbalik dari dosa kepada terang Kristus.

 

Sumber Referensi :

Anthony A. Hoekema, Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya : Momentum, 2017), 1149 - 151

G. I. Williamson, Katekismus Singkat Westminster 1, (Surabaya : Momentum, 2020), 200 - 201

G. I. Williamson, Pengakuan Iman Westminster, (Surabaya : Momentum, 2017), 149


----

[1] Anthony A. Hoekema, Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya : Momentum, 2017), 150-151

[2] G. I. Williamson, Katekismus Singkat Westminster 1, (Surabaya : Momentum, 2020), 200

[3] G. I. Williamson, Pengakuan Iman Westminster, (Surabaya : Momentum, 2017), 149

[4] G. I. Williamson, Katekismus Singkat Westminster 1, (Surabaya : Momentum, 2020), 200 - 201

[5] Anthony A. Hoekema, Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya : Momentum, 2017), 149

[6] Ibid, 149

[7] Ibid, 149-150

Load comments