Selasa, 05 April 2022

Konsep dan Elemen-Elemen dalam Pertobatan

Pertobatan dapat didefinisikan sebagai tindakan secara sadar dilakukan oleh seorang yang telah diregenerasikan untuk berbalik dari dosa kepada Allah di dalam suatu perubahan kehidupan sepenuhnya, yang dinyatakan di dalam bentuk suatu cara berpikir, merasa ,dan berkehendak yang baru. Sehingga pertobatan adalah pengalaman yang bersifat satu kesatuan, dan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi bagian-bagian.[1]

Penebusan Kristus
Orang Kristen Siap Memikul Salib
© Foto Oleh Gerd Altmann dari Pixabay Salib
  

Konsep dalam Pertobatan

Aspek-Aspek dalam pertobatan yang tidak boleh dipisah-pisahkan sebagai berikut :

  • Suatu Aspek intelektual. Pertobatan sejati melibatkan, pertama-tama adalah pengenalan akan kekudusan dan keagungan Allah. Seperti di dalam penglihatan Yesaya akan kekudusan Allah-lah (Yes. 6:5).
  • Suatu Aspek emosional. Harus terdapat suatu dukacita yang diraksana di dalam hati kita atas dosa itu sendiri, bukan hanya atas akibat dosa. Inilah yang paulus sebut sebagai “dukacita menurut kehendak Allah”. Dukacita ini tidak identik dengan pertobatan, tetapi “menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan.” (2 Kor. 7:10).
  • Suatu Aspek volisional. Selain adanya suatu sikap berbalik dari dosa dan mencari pengampunan yang terjadi di dalam batin kita, juga harus ada perubahan dalam tujuan dan motivasi kita.  Kita harus berbalik kepada Allah dengan sikap ketaatan yang penuh syukur dan menghasilkan buah-buah pertobatan.[2]

 

Elemen-Elemen dalam Pertobatan

Katekismus Singkat Westminster mengajukan pertanyaan mengenai pertobatan

Pertanyaan 87 : Apakah yang dimaksud dengan pertobatan yang memimpin kepada hidup?

Jawaban : Pertobatan yang memimpin kepada hidup adalah anugerah yang menyelamatkan(Kis. 11:18), yang dengannya seorang berdosa, oleh suatu kesadaran sejati akan dosanya, dan pemahaman akan belas kasihan Allah di dalam Kristus, (Kis. 2: 37 – 38) dengan kesedihan dan kebencian yang sungguh-sungguh terhadap dosa, berpaling dari dosa kepada Allah, (Yeh. 36:31) dengan ketepatan hati, serta usaha yang sungguh-sungguh untuk mencapai ketaatan yang baru.(2 Kor. 7:11).[3]

 

Di dalam hal ini, kita bisa pelajari elemen-elemen yang ada di dalam pertobatan

  1. Perasaan malu. Kita sadar bahwa dosa membawa kita menurunkan martabat kita, dan dosa telah merampas dari Allah gambar kemuliaan-Nya, dan akhirnya kita merasa malu. (Rm. 6:21).
  2. Hal ini menyebabkan perendahan hati. Dengan cara yang aneh, seseorang yang mulai merasa malu atas beberapa perbuatan tidak benar di masa lampau dapat menemukan adanya roh kesombongan yang melambung dalam dirinya. Dan kita mengakui kesalahan kita dihadapan Allah, dan hati kita direndahkan di hadapan takhta-Nya (Rm. 3:19).
  3. Dengan hati yang direndahkan sedemikian, dukacita dan penyesalan memenuhi hati kita. Memang wajar dan niscaya bahwa di dalam diri kita mengharapkan bahwa hal-hal yang sudah terjadi tidak pernah terjadi; bahwa kita berduka dan bersedih.
  4. Namun ini belumlah pertobatan. Karakteristik-karakteristik ini hanya membuka jalan untuk menghasilkan perasaan membenci dosa karena apa adanya dosa itu. Ini yang disebut bagian insaf. Seperti apa yang Daud tulis mengenai meratapi keberdosaannya. (Maz. 51:5-7).
  5. Pertobatan sejati selalu mencakup pengakuan akan pengampunan Allah. Seperti yang diungkapkan katekismus singkat Westminster sebelumnya, bahwa bertobat kita harus memiliki “pemahaman akan belas kasihan Allah di dalam Kristus”. Anugerah Allah-lah yang mengajar kita untuk takut sekaligus mengusir rasa takut kita![4]

 

Sumber Referensi :

Anthony A. Hoekema, Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya : Momentum, 2017), 167 - 168

G. I. Williamson,  Katekismus Singkat Westminster 1,  (Surabaya; Momentum, 2021),  199

Sinclair B. Ferguson, Kehidupan Kristen, (Surabaya : Momentum, 2007), 98 - 99

 


------

[1] Anthony A. Hoekema, Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya : Momentum, 2017),167

[2] Ibid, 168

[3] G. I. Williamson,  Katekismus Singkat Westminster 1,  (Surabaya; Momentum, 2021), 199

[4] Sinclair B. Ferguson, Kehidupan Kristen, (Surabaya : Momentum, 2007), 98 - 99

Load comments