Minggu, 10 April 2022

Pentingnya Pertobatan Sejati

Salah satu yang penting di dalam kekristenan adalah pertobatan. Khususnya bentuk-bentuk di dalam pertobatan. Dimana dalam hal ini, kita pelajari mengenai pertobatan sejati.

Pertobatan Sejati
Alkitab menjelaskan makna pertobatan Sejati
© James Chan dari Pixabay / Alkitab
    

Pertobatan Sejati adalah Suatu Keharusan

Arti penting mengenai pertobatan sangat jelas diungkapkan di dalam Alkitab. Bahkan Alkitab sangat jelas dalam memanggil orang-orang bertobat yang disebut panggilan untuk bertobat. Pertobatan ini sangat penting agar manusia dapat menikmati berkat Tuhan (Yeh. 33:11; Yes. 55:7). Bahkan sangat jelas di dalam Matius 18:3, disitu mengungkapkan yang sangat jelas berkata “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.”[1] Disini kita diingatkan kembali mengenai arti pentingnya pertobatan.


Pertobatan yang sejati/ pertobatan yang benar dan soteriologis adalah pertobatan yang dilahirkan dari dukacita ilahi, kemudian nampak dalam suatu hidup yang menyebab kepada Allah (2 Kor. 7:10). Perubahan ini harus berakar dari karya kelahiran kembali, dan dinyatakan dalam suatu kehidupan yang sadar oleh orang berdosa karena pekerjaan Roh Kudus. Bahkan hal ini adalah suatu perubahan cara berpikir dan berpendapat, perubahan keinginan dan perbuatan, yang juga mencakup pengakuan bahwa arah sebelumnya diambilnya adalah hidup yang salah dan harus mengubah seluruh arah kehidupannya.[2]


Di dalam Alkitab kita bisa melihat beberapa contoh dari pertobatan sejati antara lain : Naaman, II Raj. 5:15, Manasseh II Taw. 33:12.13; Zakheus, Luk 19:8,9, orang yang buta sejak lahirnya, Yoh. 9:38, dan lain sebagainya.

 

Tanda-Tanda Pertobatan

Tanda-tanda pertobatan sendiri telah diungkapkan di dalam 2 Korintus 7: 8 -11 :

7:8 Jadi meskipun aku telah menyedihkan hatimu dengan suratku itu, namun aku tidak menyesalkannya. Memang pernah aku menyesalkannya, karena aku lihat, bahwa surat itu menyedihkan hatimu--kendatipun untuk seketika saja lamanya--, 7:9 namun sekarang aku bersukacita, bukan karena kamu telah berdukacita, melainkan karena dukacitamu membuat kamu bertobat. Sebab dukacitamu itu adalah menurut kehendak Allah, sehingga kamu sedikitpun tidak dirugikan oleh karena kami. 7:10 Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini  menghasilkan kematian. 7:11 Sebab perhatikanlah betapa justru dukacita yang menurut kehendak Allah itu mengerjakan pada kamu kesungguhan yang besar, bahkan pembelaan diri, kejengkelan, ketakutan, kerinduan, kegiatan, penghukuman! Di dalam semuanya itu kamu telah membuktikan, bahwa kamu tidak bersalah di dalam perkara itu.

 

Disini Paulus menunjukkan suatu peristiwa yang pertobatannya tidak lazim, atau kita bisa sebut pertobatan yang sejati. Setidaknya disini kita bisa melihat tanda-tanda dimana permunculan sebuah pertobatan sejati dan setidaknya ada tujuh tanda pertobatan sejati :

  1. Kesungguhan yang besar. Kata spoude menggambarkan bahwa sekarang orang-orang Korintus telah mengadopsi sikap serius dan benar mengenai kepentingan keberadaan mereka. Dalam hal ini, cara hidup mereka yang berpaling.[3]
  2. Pembelaan diri. Istilah Apologia sendiri berarti pembelaan diri. Dalam hal ini, Paulus disini memaksudkan bahwa apologia disini adalah sikap memperbaiki  kesalahan mereka.[4]
  3. Kejengkelan. Memiliki arti bahwa kekesalan terhadap diri mereka sendiri, dan sikap berupa kebencian dan perlawanan terhadap apa yang telah mereka lakukan. [5]
  4. Ketakutan (phobos). Ketakutan mereka sendiri barangkali mengartikan ketakutan mereka terarah kepada Allah, dan dengan demikian, merefleksikan kerinduan mereka akan pengampunan (Mzm. 130 :4).[6]
  5. Kerinduan, bukanlah karakteristik yang biasa kita hubungkan dalam pertobatan. Tetapi yang terpenting adalah kerinduan untuk dipulihkan sehingga dapat menikmati hak-hak istimewanya.[7]
  6. Kegigihan, (zeal, AV dan RSV). Kata digunakan oleh Paulus ialah Zelos,  kecemburuan. Kata ini menyatakan bahwa pemfokusan keinginan-keinginan kita secara eksklusif kepada satu objek tertentu. Dalam hal ini bisa jadi adalah Paulus dan kasihnya kepada mereka. Khususnya juga berkenaan dengan pelayanan Kristen.[8]
  7. Penghukuman. Ketika melihat ini, kita bisa langsung mundur! Namun maksud dari disini mungkin terjemahan NIV yang benar-benar jauh lebih tepat “kesiapan untuk menegakkan keadilan.” Kata ini berarti pembalasan. Dan inilah semangat seperti Zakheus yang setelah menyadari dosa-dosanya di masa lalu, keinginan untuk mengadakan perbaikan dan penggantian kerugian. (Luk. 19:8).[9]

 

Sehingga dalam kehidupan manusia, baik aspek emosionalnya, pikiran, dan tindakannya akan kembali sungguh-sungguh kepada Allah dalam kehidupan orang-orang percaya.

 

Sumber Referensi :

Louis Berkhof, Teologi Sistematika 4 : Doktrin Keselamatan, (Surabaya : Momentum, 2010), 157, 158, 174

Sinclair B. Ferguson, Kehidupan Kristen, (Surabaya : Momentum, 2007), 101-104


----

[1] Louis Berkhof, Teologi Sistematika 4 : Doktrin Keselamatan, (Surabaya : Momentum, 2010), 174

[2] Ibid, 157 - 158

[3] Sinclair B. Ferguson, Kehidupan Kristen, (Surabaya : Momentum, 2007), 101-102

[4] Ibid, 102

[5] Ibid, 102

[6] Ibid, 102

[7] Ibid, 103

[8] Ibid, 103

[9] Ibid, 103-104

Load comments