Sabtu, 23 April 2022

Pertobatan Harus Terjadi Setiap Hari

Pertobatan adalah aspek penting di dalam kehidupan manusia. Elemen-elemen penting di dalam pertobatan adalah membawa orang-orang dari cara hidup mereka kepada Allah. Dan Pertobatan yang sejati terjadi sekali dan pertobatan tiap hari berlangsung kehidupan manusia.

Alkitab
Alkitab Mengubah Hidup Seseorang
© Gambar oleh StockSnap / Pixabay / Alkitab
  

Pertobatan : Karya Allah dan Manusia

Seperti halnya di dalam Konversi, dimana Alkitab berkata mengenai pertobatan sebagai karya Allah dan juga sebagai karya manusia. Seperti kita bisa lihat di dalam beberapa ayat Alkitab mengenai pertobatan karya manusia – yaitu mana orang-orang di desak untuk bertobat dan kembali kepada Allah (Yes. 55:7; Yeh. 33:11; Mat. 4:17; Kis. 3:19; 17:30; 26:18; 26”20). Tetapi juga di Kisah Para Rasul 11:18 pertobatan secara jelas digambarkan sebagai karya Allah – atau lebih baik dikatakan sebagai karya yang dimampukan oleh Allah untuk dikerjakan oleh manusia.[1] Dan disini kita bisa melihat suatu paradoks yang indah, sama terjadinya di dalam konversi artikel yang lalu.


Paradoks yang indah adalah bagaimana sang Pengkhotbah, penginjil, dan pengajar harus memanggil orang-orang kepada pertobatan dan konversi; akan tetapi hanya Allah yang dapat memampukan mereka untuk hidup bertobat. Dalam kehidupan kita sebagai orang kristen, kita harus selalu menempatkan kedua aspek ini dalam kebenaran di dalam pikiran kita :(1) merupakan tugas pokok pengkhotbah / pengajar / penginjil untuk mendesak orang-orang mengalami pertobatan; (2) hanya Allah yang secara berdaulat mengaruniakan kepada orang-orang tersebut karunia pertobatan, dan memampukan mereka untuk berbalik kepada-Nya.[2]


Pertobatan Harus Terjadi Tiap hari

Pertobatan setiap hari adalah tindakan pertobatan yang terjadi setiap saat di dalam kehidupan orang-orang Kristen. Hal ini terjadi karena bisa saja orang-orang Kristen masih bisa berbuat dosa di dalam kehidupan mereka sehari-hari.[3] Dan jelas pertobatan setiap hari dalam sepanjang kehidupan kita sangat penting.


Seperti yang kita pelajari dalam  tanda-tanda pertobatan, kita menemukan pertobatan memberikan suatu kesan yang radikal. Pertobatan harus mempengaruhi emosi kita, tetapi juga mempengaruhi meluas sampai sebagian besar aspek di dalam kehidupan kita keberadaan kita. Bahkan menantang kita dalam berhubungan kita dengan orang-orang lain dan dengan Allah. Pertobatan yang sejati adalah pertobatan yang seluruh hidup kita berbalik kepada maksud-maksud Allah.[4]


Seperti apa yang diungkapkan oleh Martin Luther dalam sembilah puluh lima Dalilnya di pintu gereja Wittenberg, dengan bijaksana dia memilih pernyataan yang sangat baik dan hati-hati, yaitu :

Tuhan dan Tuan kita Yesus Kristus, ketika Dia berkata “Bertobatlah kamu” dsb., maka yang Dia maksudkan adalah agar keseluruhan hidup orang percaya seharusnya merupakan pertobatan.[5]


Bahkan kata-kata ini adalah kata-kata yang penting dan John Calvin mengemukakan hal yang sama :

Tentu saja pemulihan [gambar Allah] tidak terjadi dalam sekejap atau satu hari atau satu tahun; tetapi melalui kemajuan yang bertahap dan terkadang bahkan perlahan, Allah menghapuskan dari diri kaum pilihan-Nya kecemaran daging, membersihkan mereka dari kesalahan, menguduskan mereka bagi diri-Nya sendiri sebagai bait-Nya, memperbarui pikiran mereka semuanya menjadi kemurnian sejati, agar mereka dapat menjalankan pertobatan di sepanjang hidup mereka dan tahu bahwa peperangan ini hanya akan berakhir sampai mati.[6]


Tuntutan Yesus agar kita menyangkal diri sendiri, mengangkat salib, dan mengikuti Dia. Dia mendeskripsikan apa yang harus kita lakukan di dalam sepanjang hidup kita. Ketika Paulus meminta orang-orang yang menerima suratnya agar jangan menjadi serupa dengan dunia, melainkan berubah oleh pembaharuan budi mereka (Rm. 12:12).[7]


Fakta Penting Pertobatan Setiap Hari

Pertama, hal ini menunjukkan bahwa kita harus membedakan antara pertobatan awal yang terjadi di permulaan kehidupan Kristen dan pertobatan yang berlanjut di sepanjang hidup kita. Kita harus memikirkan pertobatan sebagai satu aspek dari keseluruhan proses. Kehidupan Kristen dalam totalitasnya adalah kehidupan pertobatan.[8]


Kedua, kita harus memperhatikan bahwa pertobatan dalam pengertian seumur hidup secara mendasar tidak berbeda dari pengudusan, walaupun pertobatan merupakan perwujudan pengudusan dari sudut yang unik. Semua poin yang telah dibahas mengenai pertobatan juga dapat diterapkan pada pengudusan : yaitu merupakan tindakan berbalik dari dosa dan kembali kepada Allah.[9]


Ketiga,  harus diingatkan bahwa pertobatan dalam pengertian Alkitabiah sepenuhnya tidak pernah secara sempurna dikerjakan oleh kita. Bahkan Katekismus Heidelberg, “Di dalam kehidupan ini, bahkan orang yang paling kudus pun sebenarnya hanya memiliki sedikit permulaan dari ketaatan ini.”[10] Sehingga setiap hari kita harus memohon pengampunan dari Allah, bukan hanya untuk dosa-dosa kita, tetapi juga untuk ketidaksempurnaan pertobatan kita.[11]


Kesimpulan

Dimana Pertobatan ini sendiri Allah mengantarkan kita kepada hak istimewa menjadi orang yang dibenarkan di hadapan Allah yang kudus. Iman dan pertobatan dapat bertumbuh dan bertambah dalam. Sehingga kita bisa menjadi orang-orang pilihan yang bertumbuh seturut segambar dengan Allah, dan hidup kita berada dalam pertobatan. Tetapi puji Tuhan, kita tidak diselamatkan oleh karena kesempurnaan pertobatan kita. Kita diselamatkan bukan karena perbuatan baik kita, melainkan hanya oleh perbuatan Tuhan Yesus “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman ... itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang bermegah diri.” (Ef. 2:8-9). Memang pertobatan sangat diperlukan bagi keselamatan; tetapi yang diperlukan bukanlah pertobatan yang sempurna.[12]


Sumber Referensi :

Anthony A. Hoekema,  Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya : Momentum, 2017), 170 - 173

G. I. Williamson, Katekismus Heidelberg, (Surabaya : Momentum, 2017), 236

Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang : Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2017), 704

Sinclair B. Ferguson, Kehidupan Kristen, (Surabaya : Momentum, 2007), 104 -105


--------

[1] Anthony A. Hoekema,  Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya : Momentum, 2017),  170

[2] Ibid, 171

[3] Muriwali Yanto Matalu, Dogmatika Kristen, (Malang : Gerakan Kebangunan Kristen Reformed, 2017),704

[4] Sinclair B. Ferguson, Kehidupan Kristen, (Surabaya : Momentum, 2007), 104

[5] Sinclair B. Ferguson, Kehidupan Kristen, (Surabaya : Momentum, 2007),  105

[6] Anthony A. Hoekema,  Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya : Momentum, 2017), 172

[7] Ibid, 172

[8] Ibid, 172

[9] Ibid, 173

[10] G. I. Williamson, Katekismus Heidelberg, (Surabaya : Momentum, 2017), 236

[11] Anthony A. Hoekema,  Diselamatkan oleh Anugerah, (Surabaya : Momentum, 2017),  173

[12] Ibid,  173

Load comments